JAKARTA (RP) - Di tengah melambatnya ekonomi global, luas dan dalamnya tantangan-tantangan industri perbankan nasional akan meningkat. M
eski begitu, Bank Indonesia tetap yakin akan mampu mengamankan stabilitas moneter nasional.
‘’Optimisme yang sudah terbangun saat ini, stabilitas makro yang sudah kita genggam, momentum pertumbuhan ekonomi yang kuat, perlu terus kita pertahankan di masa yang akan datang,’’ ujar Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution dalam Pertemuan Tahunan Perbankan 2011 akhir pekan lalu. BI memperkirakan perekonomian nasional di tahun 2012 tetap akan tumbuh 6,3-6,7 persen.
Darmin mengatakan, penguatan momentum ekonomi nasional tersebut masih dapat dipertahankan selama basis-basis pertumbuhan domestik dapat semakin dimantapkan.
‘’Kami optimis, menurunnya BI rate sejak Oktober 2011 lalu akan mampu menghidupkan sumber-sumber pembiayaan domestik, terutama yang berasal dari sektor perbankan,’’ tegasnya.
Dengan pertumbuhan ekonomi 6,3-6,7 persen memerlukan pembiayaan (termasuk credit channeling) minimal Rp598 triliun atau setara dengan laju pertumbuhan kredit 26,9 persen (yoy).
‘’Laju pertumbuhan investasi yang pada tahun 2011 tumbuh 7,7 persen diperkirakan masih akan meningkat ke 9,7-10,1 persen pada tahun 2012. Itu pada gilirannya akan mampu menjaga kekuatan daya beli masyarakat, sehingga pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2012 dapat dipertahankan pada tingkat 4,7-5,1 persen,’’ cetusnya.
Sementara itu, peran faktor pendorong dari sisi fiskal BI memperkirakan masih terbatas karena target defisit fiskal yang cenderung konservatif (1,5 persen dari PDB) serta masih besarnya beban alokasi anggaran untuk subsidi.
‘’Kami juga perkirakan tekanan inflasi pada 2012 tetap akan terkendali,’’ kata dia.
Dalam kondisi ekonomi global yang melambat, perkembangan harga komoditas global yang melaju rendah, dan didukung kapasitas produksi di domestik yang memadai, BI memperkirakan inflasi pada 2012 akan stabil di tingkat sekitar 4,5 persen.
‘’Hal ini masih konsisten dengan sasaran inflasi 2012-2013 yaitu 4,5 plus minus 1 persen,’’ tuturnya.
Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, kami akan mengoptimalkan fungsi Kantor Bank Indonesia (KBI) sebagai fasilitator dan katalisator percepatan pembangunan di daerah, terutama di wilayah timur Indonesia dimana perbedaan pertumbuhannya masih cukup lebar.(wir/jpnn)