Anggoro Ditangkap Polisi Cina

Kriminal | Jumat, 31 Januari 2014 - 11:00 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pihak Imigrasi Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerjasama dengan pihak Kepolisian Zhenzhen, Cina berhasil menangkap buron kasus dugaan korupsi pengadaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu di Departemen Kehutanan, Anggoro Widjojo. Anggoro ditangkap di Cina, Rabu (29/1) sore setelah buron sejak 2009.   

Buronan kasus korupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) di Departemen Kehutanan tersebut tiba di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sekitar pukul 22.37 WIB.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Begitu turun dari mobil yang membawanya, Anggoro nampak dikawal beberapa Brimob. Tangannya pun terlihat diborgol. Anggoro yang nampak mengenakan kemeja biru dan jaket kulit tidak memberikan komentar apapun. Dia langsung masuk ke ruang pemeriksaan.

Sebelumnya, pihak Kepolisian Shenzhen menangkap Anggoro Widjojo pada Rabu (29/1) sore.

‘’Ditangkap kemarin sore oleh seseorang polisi Cina di Shenzhen,’’ ujar seorang sumber di KPK, Jakarta, Kamis (30/1) malam.

Sebelum ditangkap di Shenzhen, Anggoro sempat berpindah-pindah tempat seperti ke Singapura dan Hongkong. ‘’Domisili lama di Shenzhen,’’ ucap sumber itu.

Sumber itu menyatakan, setelah menjalani pemeriksaan, Anggoro rencananya akan ditahan di Rumah Tahanan Pomdam Jaya Guntur.

‘’Tersangka AW (Anggoro Widjojo, red) telah dibawa kembali ke Indonesia melalui Guangzho pada hari Kamis 30 Januari 2014 pada pukul sekitar 16.00 waktu setempat dengan pengawalan petugas dan KPK,’’ kata Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana dalam pesan singkat, Kamis (30/1).

Denny menyatakan, jika sesuai jadwal maka Anggoro akan tiba di Indonesia malam ini. ‘’Jika sesuai jadwal, diperkirakan tersangka AW tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta pada sekitar pukul 20.30 WIB malam tadi,’’ tegasnya.

Anggoro menjadi buron KPK sejak 2009. Ia tersangkut kasus korupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu Kementerian Kehutanan.

Sebagai bos PT Masaro, Anggoro diduga menyuap empat anggota Komisi IV DPR, yakni Azwar Chesputra, Al-Amin Nur Nasution, Hilman Indra, dan Fachri Andi Leluas, dengan harapan bersedia mendorong pemerintah menghidupkan kembali proyek SKRT. PT Masaro Radiokom merupakan rekanan Departemen Kehutanan dalam pengadaan SKRT 2007 yang nilai proyeknya mencapai Rp180 miliar.

Pada jumpa pers, Kamis malam, Ketua KPK mengucapkan terima kasih berbagai pihak. ‘’Saya sangat berterima kasih kepada jajaran interpol, Dirut Garuda, Kejaksaan  dan kepolisian Guangzhou. Apa yang kita lihat bersama hari ini. Kerjasama  semua pihak membuahkan hasil,’’ jelas Abraham.

Pengusaha Suka Berfoya-foya

Nama Anggoro Widjojo tba-tiba mencuat lagi menjelang pergantian tahun baru Cina kali ini. Nama buronan kasus korupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) di Departemen Kehutanan sejak 2009 itu kembali muncul setelah dibekuk di Cina.

Pria dengan nama asli Ang Tju Hong itu juga menjadi tersangka kasus suap kepada sejumlah anggota Komisi Kehutanan DPR.

Jauh sebelum nama Anggoro muncul lagi karena dibekuk di Cina, sosok pengusaha asal Surabaya itu melambung ketika muncul kasus Cicak Vs Buaya pada 2009 yang juga mencuatkan nama adik kandungnya, Anggodo Widjojo.

Namun, di luar kasus korupsinya, ada juga kisah menarik tentang pengusaha asal Surabaya yang jadi buronan KPK sejak 2009 itu.

Di kalangan pengusaha Surabaya, nama Anggoro dan Anggodo Widjojo tidak terlalu dikenal. Namun, jika disebutkan nama asli Tionghoanya, yakni Ang Tju Nek (Anggodo) dan Ang Tju Hong (Anggoro), hampir semua pengusaha senior mengenal mereka. Bahkan, mereka mengetahui dengan citra tertentu kepada duo adik kakak itu.

Di mata para pengusaha papan atas Surabaya, Ang Tju Nek dan Ang Tju Hong adalah pengusaha yang banyak berkecimpung di bisnis ilegal.

Bahkan, seorang pengusaha yang cukup dekat dengan keduanya sejak kecil, mengatakan, mereka dikenal bengal sejak kecil dan remaja.

Namun, Anggoro yang terakhir tercatat menjadi bos PT Masaro Radiokom -perusahaan rekanan departemen dalam proyek sistem komunikasi terpadu serta Motorola, perusahaan IT terkemuka Amerika- dikenal sebagai pemuda yang cerdas dan tangkas.

‘’Anggoro lebih kalem. Tapi, dari gerak matanya dia sebetulnya cerdas dan tangkas dalam bisnis,’’ tambah sumber yang seorang pengusaha itu.

Bakat bisnis Anggodo menurun dari papa mereka, Ang Gai Hwa, perantau dari Tionghoa. Selain meneruskan bisnis sang ayah, Anggoro dan Anggodo terus mengembangkan bisnis keluarga.

Sayang, karena sifat bawaan keduanya, lahan bisnis baru yang dipilih sering menyerempet hal yang melanggar hukum. ‘’Karena itu, mereka mulai dijauhi kolega-kolega. Padahal, kami menyayangkannya. Bagaimanapun, mereka saudara sekampung halaman di Cina,’’ ujar sumber itu.

Salah satu bisnis yang sempat mendatangkan penghasilan melimpah bagi Anggoro dan Anggodo adalah menjadi agen SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah), judi yang dilegalkan pemerintah pada akhir 1980-an.

‘’Apalagi mereka dekat dengan Roby Ketek (nama asli Rudy Sumampouw, pengusaha terkaya Surabaya 1980-an),’’ ungkapnya.

Kongsi bos SDSB yang dekat dengan banyak pejabat pusat di Jakarta itu, Anggodo dan Anggoro mendapat keuntungan melimpah hingga mampu membeli kompleks perkantoran dan hiburan Studio East di ka-wasan Simpang Dukuh.

Namun, pada awal 1990-an, bisnis dua bersaudara itu memasuki masa suram. Sejak itu mereka tidak terdengar kiprahnya di jagat bisnis Surabaya.

Kabar keduanya baru muncul 10 tahun kemudian, saat mereka mendirikan PT Masaro Radiokom, dan lebih mengejutkan lagi mereka sukses menjadi agen pemasaran Motorola, perusahaan telekomunikasi papan atas asal Amerika. Sejak itu mereka kembali sering muncul di pergaulan pengusaha Surabaya, meski sebatas acara gathering dan entertainment.

Namun, kelompok pengusaha senior Surabaya kembali kecewa saat mengetahui bahwa perilaku Anggodo dan Anggoro tidak berubah. ‘’Ternyata, saat sukses lagi, muncul sombongnya,’’ ujarnya.(fat/dyn/esi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook