JAKARTA (RP) - Wakil Ketua Komisi IV bidang Pertanian, Herman Khaeron mengungkapkan produksi susu belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Untuk mengatasi permintaan pasar, Indonesia harus mengimpor susu dari Australia, Amerika Serikat dan Selandia Baru.
“Kebutuhan nasional itu kan 3,5 juta liter per tahun. Indonesia baru bisa memprodukis 1 juta,” kata Herman di sela-sela kunjungan kerjanya bersama dengan anggota Komisi IV DPR di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (28/5).
Legislator asal Partai Demokrat itu mengatakan, minimnya produksi susu merupakan kekurangan sekaligus peluang untuk bisa dikembangkan.
“Seekor sapi menghasilkan susu dua kali sehari. Dan hasilnya bisa 20 liter per ekor dalam sehari,” katanya.
Belum terpenuhinya kebutuhan susu dalam negeri, DPR kata Herman akan mendorong peningkatan produksi.
Caranya kata dia, akan meningkatkan keterampilan peternak sapi perah dan penambahan jumlah populasi sapi perah.
Herman menyatakan saat ini, populasi sapi perah di Indonesia hanya sekitar 600 ekor. Beternak sapi, kata Herman, sangat menguntungkan. Ia menjelaskan bahwa ada tiga ‘emas’ yang bisa diperoleh.
Pertama, kata dia, emas putih dari susunya. Kedua, emas merah dari dagingnya dan yang ketiga adalah emas hijau dari kotorannya dimanfaatkan menjadi pupuk kandang.
“Jika ketiga elemen ini bersinergi tentunya akan menjadi kekuatan dalam rangka mengentaskan kemiskinan,” ucapnya.
Dalam hitungan pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Partai Demokrat itu, petani bisa mendapatkan keuntungan ratusan ribu per hari dengan memelihara dua ekor sapi perah yang menghasilkan 40 liter susu.
Kata dia, dengan harga Rp3.500 per liter, maka petani bisa memperoleh pendapatan Rp140 ribu. “Tentunya ini income yang bisa memberikan setiap hari kepada peternak,” pungkasnya.(awa/jpnn)