Kelangkaan daging sapi yang terjadi di Indonesia rupanya menarik perhatian pemerintah Australia. Melalui Kedutaan Besar Australia, pemerintah Australia menawarkan kerjasama dalam pengembangan industri peternakan.
Duta Besar Australia Greg Moriarty mengatakan, sektor industri argikultur memang seringkali menjadi isu sensitif di semua negara. Sebab, selalu ada dua kepentingan yakni, pemberdayaan petani lokal dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat.
"Permasalahan ini memang rumit. Saya mengerti niat pemerintah untuk memberdayakan produksi domestik. Tapi, di sisi lain, permintaan dari masyarakat juga harus dipenuhi. Itu butuh usaha lebih dari pemerintah," ujar dia.
Dalam persoalan tersebut, Greg mengatakan Australia siap membantu mengembangkan industri peternakan Indonesia. Bantuan tersebut, lanjut dia, bukan berupa daging langsung. Namun, lebih kepada kerjasama untuk meningkatkan produktifitas sapi dalam berkembang biak.
"Di beberapa bagian Indonesia, ternak berkembang biak dalam tiga tahun sekali. Tapi dengan teknologi gen kami, produksi bisa melahirkan satu sapi per tahun. Jadi bisa tiga kali lebih produktif," jelasnya.
Potensi tersebut, lanjut dia, bisa dikolaborasikan dengan teknologi Indonesia yang bagus. Misalnya, jasa feedlot. Menurutnya, pelaku usaha tersebut cukup luar biasa. Sebab, bisa menaikkan bobot sapi bakalan dalam hanya 90 hari.
"Di Australia hal tersebut mustahil. Sebab, kondisi vegetasi kami tak seperti Indonesia. Dan itu sisi lebih dari Indonesia dalam industri peternakan," ujarnya.
Karena itulah, pihaknya sedang mendorong terjadinya kerjasama antara perusahaan peternakan di Australia dan Indonesia. Dia menyebutkan, beberapa perusahaan peternakan di Australia juga sudah melirik indonesia pada potensi tersebut.
"Tentunya, mereka melakukan itu karena melihat peluang bisnis. Dan kami harap hal tersebut juga menguatkan hubungan kerja sama bisnis antar dua negara tersebut," jelasnya.
Dia menambahkan, pertumbuhan industri Indonesia juga bakal berkembang. Sebab, lanjut dia, konsumsi daging di Indonesia masih punya banyak ruang untuk berkembang. Dia mengatakan, konsumsi daging masyarakat Indonesia sekitar 2 kg daging per kapita per tahun. Jauh lebih rendah dari konsumsi di Australia yakni 30 kg per kapita per tahun.
"Saya dengar pak Gita (Menteri Perdagangan Gita Wiryawan) juga ingin melipatgandakan konsumsi per kapita menjadi empat kilo. Dari dua kilo ke empat kilo itu pasti butuh usaha yang banyak," ujarnya.
Greg berharap, kerjasama ekonomi antara Australia dan Indonesia bisa bertambah lebih banyak lagi. Sehingga, posisi kerjasama ekonomi yang sekarang menjadi terbesar ke-12 menurut Australia bisa meningkat.
"Salah satu misi kami selain pendidikan dan politik adalah perdagangan. Di aspek tersebut, kami mendorong tiga hal. Antara lain, perluasan pasar perdagangan, investasi, dan pengembangan kualitas organisasi," imbuh dia. (bil)