JAKARTA - Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tak berjalan mulus pada transaksi awal pasca liburan Lebaran kemarin (27/8). Gara-gara sistem perdagangan mengalami gangguan, waktu transaksi efek tidak berjalan normal. Sesi pertama yang seharusnya buka pukul 09.30 menjadi 10.00 waktu Jakarta Automatic Trading System (JATS).
Begitu pula waktu penutupan sesi pertama yang semestinya pukul 12.00 maju 30 menit menjadi pukul 11.30. Pada sesi kedua, otoritas BEI juga menutup setengah jam lebih awal di 15.30.
Menjelang pembukaan perdagangan, direksi BEI mengumumkan penundaan sampai dua kali. Pertama ditandantangani Direktur Utama BEI Ito Warsito dan Direktur BEI Samsul Hidayat. Pengumuman itu menyatakan peniadaan perdagangan di sesi prapembukaan karena adanya kendala teknis sistem perdagangan di BEI.
Pengumuman kedua ditandatangani dua direktur BEI, yakni Samsul Hidayat dan Adikin Basirun. Mereka mengatakan ada kendala sistem remote trading di BEI, sehingga perdagangan sesi pertama dimulai pukul 10.00. Namun setelah transaksi dibuka pukul 10.00 waktu JATS, perdagangan di BEI kembali terganggu sekitar pukul 10.15.
Direktur Utama BEI Ito Warsito menegaskan tidak ada investor yang dirugikan dengan gangguan perdagangan saham yang terjadi pagi kemarin. Transaksi yang tertunda hanya 84 dari 114 broker yang terkoneksi dengan perdagangan. "Kita sedang mengidentifikasi permasalahan yang menyebabkan tertundanya perdagangan saham tersebut," katanya.
Kemacetan sistem transaksi berdampak pada perdagangan saham kemarin (27/8). Transaksi di pasar sangat sepi, alhasil indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak terbatas. Pada penutupan, IHSG menguat 0,1 persen menjadi 4.145,88. Bursa hanya mencetak transaksi senilai Rp 1 triliun, jauh daripada perdagangan normal yang rata-rata Rp 3 triliun-Rp 5 triliun. Sedangkan volume efek yang ditransaksikan hanya 719,37 juta saham dengan frekuensi 26.026 kali.
Menurut situs BEI, piranti lunak yang terganggu merupakan sistem terbaru yang diluncurkan BEI pada 14 Mei lalu. Sistem perdagangan itu adalah Jakarta Automatic Trading System Nex Generation versi 2.0 (JATS-NextG versi 2.0). Ini merupakan pengembangan dari sistem perdagangan JATS-NextG versi 1.11. Pengembangan itu dimulai sejak 2011 serta telah melalui serangkaian pengujian, baik oleh internal BEI maupun bersama anggota bursa (AB), application service provider (ASP), data vendor, dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Tes tersebut antara lain berupa dua kali pengujian internal (proof of concept) dan 16 kali mock trading bersama AB. Untuk memastikan keberhasilan peluncuran versi baru ini, BEI telah melakukan pre-live JATS-NextG versi 2.0 pada 12 Mei. Hasil evaluasi pelaksanaan pre-live adalah sistem perdagangan JATS-NextG versi 2.0 telah siap digunakan.
Peningkatan kapasitas sistem perdagangan sebanyak 5 kali lipat dari sebelumnya 1 juta order dan 500 ribu transaksi menjadi 5 juta order dan 2,5 juta transaksi. Lalu peningkatan pada beberapa fungsi perdagangan ekuitas, seperti password policy, order management, informasi pasar, dan perubahan spesifikasi data feed.
Untuk menghindari masalah sistem pada transaksi hari ini, BEI mengadakan simulasi perdangan simulasi perdagangan bursa tadi malam. Otoritas pasar modal itu mengundang sejumlah vendor. "Kita mencoba mesin dan aplikasi untuk melakukan mock trading di malam hari, yaitu simulasi perdagangan saham untuk menguji sistem yang ada," kata Adikin yang menjabat direktur teknologi informasi BEI.
Simulasi dilakukan untuk memastikan mesin dan koneksi bisa berjalan seperti biasanya. Pada awal perdagangan hari ini, kata Adikin, koneksi terputus dengan beberapa AB. Namun, BEI bisa mengalihkannya dari sistem utama menggunakan back up atau sistem penanggulangan bencana (disaster recovery system/DRC). Dengan begitu, koneksi broker yang berjumlah 109 dengan BEI bisa terhubung lagi. "Sekarang semua broker terkoneksi ke BEI," tambahnya. (dio/jpnn)