JAKARTA (RP) - Polisi tampaknya perlu waktu lebih lama lagi untuk bisa menjerat korporasi dalam kasus pembakaran lahan dan hutan di Riau bulan lalu. Hingga saat ini, belum ada perkembangan berarti seputar penyidikan terhadap PT AP yang merupakan satu-satunya tersangka dari korporasi.
Penyidik Polda Riau hingga saat ini telah memeriksa 23 saksi termasuk karyawan PT AP. Namun, hasil pemeriksaan itu sampai sekarang belum tampak. Berbeda dengan tersangka perorangan yang beberapa di antaranya sudah masuk pelimpahan berkas.
Kabagpenum Divhumas Polri Kombespol Agus Rianto menyatakan, proses penyidikan terhadap PT AP memang belum selesai. Sedangkan, untuk tersangka perorangan beberapa di antaranya sudah tuntas. Dari total 19 laporan yang masuk, tinggal lima laporan yang belum naik ke tahap penyidikan.
‘’Sampai sekarang kami sudah menuntaskan tujuh dari 14 kasus yang ditangani penyidik Polda Riau,’’ terang Agus kemarin. Dari tujuh kasus, lima di antaranya sudah masuk tahap I atau pelimpahan berkas. Sedangkan, dua sisanya sudah masuk tahap II alias penyerahan tersangka dan barang bukti. Untuk tersangka dari korporasi, Agus mengatakan pihaknya harus benar-benar cermat. Harus bisa dibuktikan apakah ada perintah dari perusahaan kepada perorangan unuk membakar lahan. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk memberi sanksi pidana sekaligus memberikan rekomendasi sanksi administratif kepada pihak terkait.
Penyidik berencana meminta keterangan dari sejumlah saksi ahli dalam kasus tersebut. ‘’Kami akan mita keterangan ahli gambut, pertanahan, dan pertanian dari IPB,’’ lanjut mantan Kabidhumas Polda Papua itu.
Agus menambahkan, kasus kebakaran lahan dan hutan di Riau memang cukup pelik sebab, kasus itu berkaitan juga dengan kebiasaan warga setempat yang selalu membuka lahan dengan cara membakar. Padahal, kebiasaan itu bisa berdampak buruk bagi kesehatan bahkan bagi hubungan antar Negara.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi jumlah hotspot (titik panas/api) di Riau bakal terus meningkat menjelang puncak musim kemarau dua bulan ke depan. Sejumlah peralatan pemadam api di darat dan udara yang sempat diistirahatkan beberapa hari terpaksa kembali digunakan lebih cepat.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, jumlah hotspot di 12 kabupaten di Riau fluktuatif. Berdasarkan pantauan Satelit NOAA18, saat hotspot di suatu kawasan hilang, muncul lagi lainnya di kawasan sekitar.
‘’Operasi pemadaman via udara dan darat kami lakukan setiap hari,’’ ujarnya. Pesawat Cassa setiap hari menyemai garam di awan untuk membuat hujan buatan. Sementara, helikopter Bolco juga hilir mudik berkali-kali untuk mengangkut air guna keperluan water bombing.(byu)