RI Incar Investasi Empat Raksasa Migas Dunia

Kriminal | Sabtu, 28 Juli 2012 - 07:23 WIB

JAKARTA (RP) - Upaya mendorong investasi di sektor minyak dan gas (Migas) terus dilakukan. Kali ini, pemerintah mengincar investasi dari empat raksasa Migas dunia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik mengatakan, sektor Migas yang memiliki karakter padat teknologi dan padat modal masih membutuhkan peran perusahaan multinasional untuk mendororong investasi di Indonesia.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

 “Potensi Indonesia bagus, jadi kami yakin perusahaan multinasional akan terus berinvestasi di Indonesia,” ujarnya, Jumat (27/7).

Dalam lawatannya ke Perancis dan Inggris pekan ini, Jero bertemu dengan empat bos raksasa Migas internasional, yakni Total, Beyond Petroleum (dulu British Petroleum/BP), Premiere Oil, dan Shell. “Pembicaraan seputar investasi yang sudah ditanam di Indonesia saat ini dan rencana investasi ke depan,” katanya.

Total, raksasa Migas asal Perancis yang masuk ke Indonesia melalui bendera Total EP Indonesie, saat ini merupakan salah satu investor Migas terbesar di Indonesia. Selain menjadi operator Blok Mahakam, Total juga melakukan eksplorasi di 24 blok Migas lain di Indonesia.

Adapun saat bertemu dengan Beyond Petroleum (BP), Jero membahas rencana pengembangan Train 3 Blok Tangguh di Papua. “Saat bertemu Premiere Oil dan Shell, kami juga membahas rencana investasi,” ucapnya.

Data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyebut, tahun ini komitmen investasi Migas diproyeksi bakal menembus 20,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp195 triliun. Angka tersebut naik signifikan dibanding realisasi investasi tahun 2011 yang sebesar 13,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp130 triliun.

Selain sektor Migas, komitmen investasi juga diraih dari sektor pertambangan mineral. Salah satunya dari Eramet, perusahaan asal Perancis yang ingin membangun smelter nikel atau pabrik pengolahan hasil tambang di Halmahera, Sulawesi. “Nilai investasinya lebih dari 5 miliar Euro (sekitar Rp55 triliun),” ujar Jero.

Saat ini, Eramet beroperasi di Indonesia melalui kepemilikan saham pada PT Weda Bay Nickel (WBN) di bawah konsorsium Strand Mineralindo Pte Ltd. Dalam rangka peningkatan nilai tambah mineral, PT WBN sedang membangun smelter untuk mengolah nikel dengan kapasitas 2 x 35 ton per tahun. “Pabrik ditargetkan bisa mulai berproduksi pada 2017,” katanya.(owi/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook