Rusia Pasar Potensial Ekspor Sawit

Kriminal | Senin, 27 Agustus 2012 - 08:01 WIB

Rusia Pasar Potensial Ekspor Sawit
PETANI SAWIT TENGAH PANEN. F;IST/INT

JAKARTA (RP) - Masuknya Rusia menjadi anggota organisasi perdagangan dunia (WTO) mendapat respons positif dari pebisnis sawit Indonesia.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksi masuknya Rusia ke WTO bakal meningkatkan ekspor sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Juru bicara Gapki, Tofan Mahdi mengungkapkan, potensi pasar Rusia yang bisa digarap sesungguhnya masih besar. Disebutkan, demand CPO Rusia mencapai 1,2 juta ton per tahun dengan potensi kebutuhan industri 2 juta ton per tahun.

 Indonesia sendiri hingga saat ini masih mengirim CPO ke Rusia 325 ribu ton per tahun pada 2011.

“Karena terbukanya pasar, kami targetkan ekspor CPO ke Rusia bisa 400 ribu ton hingga akhir tahun,” ungkapnya kepada JPNN, Ahad (26/8).

Dia menjelaskan, jumlah CPO yang diekspor ke Rusia tersebut masih cukup kecil jika dibandingkan dengan yang diekspor ke beberapa pasar tradisional seperti Cina, Uni Eropa, dan India.

 “Ekspor CPO tahun ini diprediksi meningkat 12 persen dibandingkan tahun lalu. Hingga akhir semester pertama saja sudah 7,91 juta ton dari target 16-17 juta ton pada 2012,” paparnya.

Meski peluang ekspor ke Rusia masih besar, tetapi dia memprediksi liberalisasi perekonomian Rusia setelah masuk WTO tak bisa secepat Cina yang masuk ke WTO pada 2001.

 “Hal ini karena konsentrasi sistem ekonomi Rusia lebih kepada konsumsi domestik, dan peningkatan pendapatan per kapita. Karena itu, pertumbuhannya tidak secepat Cina,” terangnya.

Ekonom sekaligus guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Ahmad Erani Yustika mengatakan, perekonomian di kawasan Eropa Timur telah dikuasai Cina secara ketat.

Ini karena negara di Eropa Timur memiliki modal hubungan ekonomi dan politik dengan ideologi komunisnya.

Karena itu, produk dari Indonesia harus memiliki nilai tambah (value added) supaya terdiferensiasi dibandingkan produk dari negara lain seperti Cina.

“Misalnya sawit. Kalau kami sekadar ekspor sawit mentah, maka akan kalah dengan Malaysia, jadi harus ada value added-nya,” ujarnya.(gal/oki/sar)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook