Laporan ERWAN SANI, Pekanbaru
Jika ada kemauan pasti ada jalan. Ungkapan ini patut diberikan kepada Denni Hendrina (38), seorang pembuat dan juga pembina para ibu rumah tangga agar bisa berpenghasilan dari membuat aksesoris dari bahan manik-manik.
Setumpuk manik-manik, gulungan tali nilon dan kepingan kaca yang sudah berbentuk daun dan kelopak bunga tampak berserakan di dalam kamar ukuran 3x3 meter.
Di dalam kamar ukuran sedang ini juga terlihat tumpukan manik-manik yang berbentuk persegi dan bundar dengan bermacam-macam warna, ada yang putih, merah kuning, biru dan warna lainnya.
Tumpukan manik-manik yang dipisahkan sesuai dengan warna dan bentuknya diletakkan secara terpisah dengan menggunakan kotak-kotak putih dari pelastik berukuran 10x10 inchi.
Manik-manik ini bagi masyarakat awam dan tak mempunyai keahlian untuk mengolah tentu tak bisa menjadi apa-apa dan tak bisa bernilai jual.
Namun tidak bagi Denni Hendrina, yang seharian bekerja sebagai ibu rumah tangga di Kelurahan Kulim, Perumahan Mutiara. Ratusan bahkan ribuan butir manik-manik serta berbagai alat pendukung lainnya bisa disulap untuk menjadi komoditi berharga sehingga menambah penghasilannya setiap hari.
Sebagai ibu rumah tangga tak membuat dirinya mundur berkarya bahkan dirinya dipercaya warga perumahan sebagai pembimbing untuk pembuatan kerajinan tangan dari manik-manik tersebut. Karena menurutnya untuk membuat sesuatu yang bisa memberikan penghasilan dan dinilai sangat prospek ke depannya merupakan usaha yang patut terus ditekuni.
Jarum dan benang nilon di tangannya Jumat malam itu terus masuk ke lubang-lubang manik-manik berbentuk bundar. Dimasukkannya benang ke satu per satu manik-manik bermedia satu centimeter. Dalam hitungan 30 menit jadi satu gelang cantik dengan variasi warna yang unik dan cantik.
Awalnya hanya ingin mencoba untuk membuat berbagai bentuk aksesoris dan dipasarkan ke teman-teman yang bekerja dan ibu-ibu rumah tangga di perumahannya.
Karena dinilai sangat prospek dan bisa memberikan penghasilan, akhirnya Deni Hendrina berupaya terus menambah dan membuat berbagai jenis dan bentuk unik. Ada untuk lapisan pas bunga, gelang, tempat air hingga tas untuk botol air.
Pada umumnya aksesoris yang dibuatn ya saat sekarang sudah banyak dipakai masyarakat Pekanbaru.
Menurutnya, sebagai seorang ibu rumah tangga tentunya tak bisa diam saja dan harus menghasilkan produksi yang maksimal. Oleh sebab itu dengan mengajak tetangga dan juga para ibu rumah tangga dan keluarga akhirnya berbagai bentuk aksesoris bisa dihasilkan.
‘’Saya mengajar ibu-ibu dan keluarga dari membuat hal yang mudah. Seperti membuat gelang tangan, bros, tempat tisu dan tempat air mineral,’’ ucap Denni Hendrina lagi.
Pertama sulit menularkan ilmu, tapi setelah ditunjuk ajar beberapa kali para ibu-ibu jadi pandai sendiri. Terutama membuat gelang tangan dan bros dan tempat tisu.
‘’Sedangkan untuk aksesoris lainnya, seperti membuat tempat air mineral dan replika seperti kelinci dan binatang lainnya, saya sendiri membuatnya,'' jelas Denni Hendrina kepada Riau Pos, ketika berkunjung ke rumahnya di Perumahan Mutiara Kecamatan Tenayanraya.
Karena peroduksi atau karya ibu rumah tangga ini cukup banyak dan permintaan cukup banyak, mulai dari remaja sampai kalangan ibu-ibu pejabat sekalipun.
''Karena saya lihat cukup prospek, akhirnya saya coba untuk membuka counter di beberapa tempat, terutama di mal-mal,'' kata Deni yang akrab dipanggil Nidon bagi keluarganya.
Berkaitan penghasilan dan berapa harga aksesoris, mulai dari gelang, bros dan lainnya menurut Deni harganya bervariasi. Mulai dari Rp10 ribu hingga ratusan ribu. ''Masalah harga tergantung dari jenis manik-manik yang saya buat, bahkan ada harganya mencapai Rp200 ribu per unitnya,'' jelas Denni terus merajut kepingan manik-manik menjadi tempat air saat itu.
Sedangkan untuk para ibu rumah tangga yang dibawanya untuk bekerja mendapatkan penghasilan cukup lumayan.
Pasalnya setiap satu aksesoris dihasilkan bisa diberi upah antara Rp3.000-5.000. ''Jadi semakin banyak mereka membuat tentu semakin besar penghasilan yang didapatkan,'' jelasnya lagi.
Per bulan bisalah memenuhi keperluan. ‘’Paling tidak dalam sebulan masuk juga uang kisaran Rp1-2 juta,’’ ucapnya.
Masuk ke Counter-counter
Karena dilihat sudah cukup banyak peminat terhadap aksesoris yang dibuatnya, akhirnya Deni berupaya memasarkan kerajinan tangannya bersama ibu rumah tangga lainnya ke counter-counter aksesoris di pusat perbelanjaan di Pekanbaru.
Salah satu counter yang menjadi pilihannya yaitu di mal-mal. Terutama di counter aksesoris MTC Panam. Di MTC dia menitipkan hasil kreatifnya itu.
Dari counter tersebut dirinya bisa memasarkan berbagai macam aksesoris. ''Kalau pendapatan per counter bervariasi, bisa jugalah dalam satu hari terjual Rp300-500 ribu,'' jelas ibu yang memiliki dua anak ini.
Selain memasarkan melalui counter dirinya berrsama anggota lainnya memasarkan di beberapa kampus. ''Jadi saya juga membuat jaringan, sehingga hasil pekerjaan ibu rumah tangga ini bisa terjual, sehingga mereka bisa berpenghasilan dan bisa membantu ekonomi keluarganya,'' tegas Denni.
Ke depan dirinya juga berupaya untuk membuat berbagai aksesoris yang menjadi ciri khas Provinsi Riau.
Dan saat sekarang, kata Deni, dirinya sedang merancang untuk membuat berbagai aksesoris replika jembatan Siak, Jembatan Leighton, Masjid Raya, Masjid Agung dan Istana Siak. ''Ini juga upaya untuk mengejar dan mendukung pelaksanaan PON 2012 ini. Paling tidak aksesoris yang saya hasilkan bisa dibawa ke daerah mereka,'' jelas Deni mengakhiri.
Untuk promosi dirinya juga membuka jaringan melalui facebook dan berkomunikasi dengan teman-teman semasa sekolah maupun melalui ibu-ibu rumah tangga.***