JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sosiolog Kriminalitas purna Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto, menilai anggapan adanya hubungan sesama jenis dalam kasus mutilasi mahasiswa UMY Redho Tri Agustian oleh Waliyin, 26, dan RD, 38, tak relevan.
Ia lebih condong berspekulasi bahwa mereka terlibat dalam komunitas yang menyukai kekerasan demi mencapai kenyamanan atau sadistik.
"Jadi tidak selalu merupakan dalam kaitannya dengan aktivitas seksual menyimpang," kata Soeprapto saat dihubungi JawaPos.com, Minggu (23/7).
"Tetapi aktivitas-aktivitas yang saling menyakiti ya memang seolah-olah berkelahi," imbuhnya.
Hal ini menurut Soeprapto berbeda dengan hubungan seks seperti LGBT.
"Itu kan justru yang ada kelembutan. Ini justru yang muncul adalah kekerasan," spekulasinya.
Terlepas dari hal itu, mau hubungan sesama jenis ataupun tidak, yang pasti ia mengatakan bahwa ketiganya merupakan orang yang memiliki kesamaan aktivitas suka dengan kekerasan untuk mencapai kenyamanan.
"Intinya adalah satu aktivitas yang berusaha menciptakan rasa nyaman bersama. Hanya karena ada kondisi tertentu, sehingga kelanggengan hubungan mereka, aktivitas mereka terancam lalu, ya salah satu yang tidak siap menghadapi masalah ini lalu menganiaya," pungkas Soeprapto.
Sebelumnya, motif mutilasi mahasiswa UMY Redho Tri Agustian oleh Waliyin, 29, dan RD, 38, sedikit demi sedikit mulai terungkap. Meski masih belum sepenuhnya dibuka penyidik Diterskrimum Polda DIJ, tapi sudah mulai ada titik terang.
Dirreskrimum Polda DIY Kombes FX Endriadi mengungkap antara kedua pelaku dan korban sudah saling kenal. Perkenalan pelaku dengan korban disebut Endriadi terjadi karena ketiganya tergabung dalam sebuah komunitas. Komunitas itu sendiri juga disebut melakukan aktivitas yang tidak wajar.
Pertemuan antara Redho Tri Agustian dengan Waliyin dan RD terjadi setelah ketiganya melakukan komunikasi. Setelah bertemu, Endriadi menyebut ketiganya melakukan aktivitas yang tidak wajar. Hanya saja, Endriadi sama sekali tidak menjelaskan secara rinci 'aktivitas tidak wajar' yang dimaksudnya. Hanya saja dia menyebut bahwa aktivitas itu berhubungan dengan kekerasan.
"Nanti masih kami lakukan pendalaman selanjutnya akan disampaikan kembali," kata Endriadi seperti dilansir Pojoksatu.id (Jawa Pos Group).
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman