Siak Jadi Sentra Bibit Sapi

Kriminal | Jumat, 23 Maret 2012 - 07:50 WIB

Laporan Alfiadi, Siak alfiadi@riaupos.com

Kabupaten Siak bisa dijadikan model percontohan sentra pengembangan bibit sapi. Bahkan bukan hanya bibit, dalam empat tahun ke depan, sapi-sapi dari Siak ini bisa diekpor ke luar negeri.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hal itu dikatakan Wakil Menteri Pertanian RI, Dr Rusman Heriawan, saat kunjungan kerja sekaligus peresmian rumah kompos dan alat pengolahan pupuk organik di Desa Rawang Kao, Kecamatan Lubuk Dalam, Kamis (22/3).

Hadir dalam acara itu, Dirjen Peternakan Kesehatan Hewan, Ir Syukur Iwantoro MS MBA, Kadisbun Riau Zulher, Kadis Peternakan dan Kesehatan Hewan Patrianov, Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Ir Basriman MP, Ketua DPRD Siak Zulfi Mursal SH, Kapolres Siak AKBP Sugeng Putut Wicaksono SIK, Kadis Pertanian Perikanan dan Peternakan Siak, Ir Syahrin Rasbi, perwakilan PTPN V, PT Asian Agri, perbankan, dan kelompok tani.

Menurut Rusman, apa yang dikemukakan itu bukan tanpa alasan, karena dirinya melihat potensi itu sudah ada di Siak yang diintegrasikan. Di sini perkebunannya dikombinasikan dengan peternakan. Dua bidang usaha yang berbeda tapi saling mendukung, yang disebut integrasi.

‘’Saya harap kombinasi ini dilakukan oleh perusahaan perkebunan baik swasta, pemerintah dan masyarakat,’’ kata mantan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) pusat ini.

Sejak dua tahun terakhir ini kata Rusman, pemerintah mendorong perusahaan perkebenunan sawit melakukan integrasi. Integrasi di sini artinya tak saling membunuh, menjegal apalagi menyikut. Malahan integrasi yang dimaksudkan di sini merupakan utility (kesatuan) untuk mendukung program lainnya.

Pengembangan sentra perkebunan saat ini lanjut dia, memberikan dorongan terhadap pengembangan peternakan sapi. Bahkan hasil peternakan ini, memberikan multy level manfaat yang terintegrasi.

Ia mencontohkan, pelepah sawit dimanfaatkan pakan ternak, urine sapi dijadikan pupuk. Bahkan saat ini urine sapi itu lebih satu liter lebih mahal dari harga BBM Pertamax. ‘’Ke depan kita kaji bagaimana integrasi sapi dengan jerami padi,’’ sebut dia.

Menurut dia, Siak ini merupakan salah satu contoh model pengembangan integrasi yang baik, bahkan dikenal dengan model multi level, zero waste (tak ada limbah), semuanya habis dimakan sapi.

Akan tetapi perlu diingat dalam pengembangan ini jangan dilakukan one man one show, artinya jangan hanya pemerintah, melainkan swasta dan masyarakat ikut sama-sama mendukung dan melakukannya, sehingga ada inovasi dan terobosan yang dilakukan.

‘’Siapa melakukan apa, tugasnya, sasaran, tujuan dan manfaatnya diketahui secara jelas,’’ sebut dia.

Sementara itu Bupati Siak Drs H Syamsuar MSi, menambahkan sistem integrasi sudah dilaksanakan. Petani memelihara sapi sudah biasa, lebih 12 tahun lalu beri bantuan sapi pada masyarakat. Akan tetapi keperluan akan daging sapi semakin hari semakin meningkat.

Oleh karenanya perlu dukungan pusat jadikan Siak sentra pembibitan sapi, mengingat keperluan daging di Riau meningkat. Bahkan untuk memenuhi keperluan pasokan daging, harus melakukan impor dari Lampung.

Dikatakan Syamsuar, respon pusat ini tentu oleh Pemkab dilakukan usaha pendukung, terutama menyangkut dengan alokasi anggaran.

Selain itu, saat ini di Siak sudah terbentuk forum CSR bersama perusahaan, dari sini nanti disinergikan dengan program ini. Akan tetapi yang terpenting dari itu, Pemkab menyurati dan berkoordinasi pada kementerian agar usulan ini jadi pembahasan pada sidang kabinet seperti yang dikatakan Wamen tadi.(rnl)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook