Pertambangan Lesu, Penjualan Alat Berat Melemah

Kriminal | Sabtu, 21 Juli 2012 - 08:06 WIB

JAKARTA (RP) - Perusahaan distributor alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) mengalami penurunan kinerja sepanjang semester pertama tahun ini. Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) itu mengakui setidaknya ada tiga faktor penurunan penjualan.

UNTR mencatatkan penurunan penjualan terendah terjadi pada bulan Juni hanya mencapai 502 unit. Angka ini tergerus 35,06 persen dibandingkan dengan penjualan di bulan Mei sebanyak 773 unit.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Namun secara total sepanjang enam bulan pertama 2012 penjualan mencapai 4.231 unit atau turun 2,35 persen dibanding 4.333 unit pada periode yang sama tahun lalu.

Direktur Keuangan UNTR, Gidion Hasan, mengatakan penurunan penjualan itu disebabkan oleh tekanan di industri pertambangan.

“Pertama, disebabkan oleh melemahnya harga komoditas tambang. Ini berimbas pada penurunan penjualan alat berat,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (20/7).

Kedua, menurutnya, adanya regulasi pembatasan ekspor bahan mentah tambang mineral juga menekan kinerja penjualan. Sehingga dari sisi industry sudah ada dua faktor yang membuat kinerja perseroan terganggu.

mengatakan bahwa masih ada satu faktor lagi yaitu persaingan bisnis penjualan alat berat yang dinilainya semakin ketat.

“Persaingan alat berat, terutama untuk tipe kecil dengan kapasitas muat 20 ton. Di United Tractors, porsi penjualan jenis ini mencapai 40 persen terhadap total penjualan. Porsi sebesar itu signifikan bagi kami,” ungkapnya.

Berdasarkan data penjualan perseroan, sektor pertambangan mengalami penurunan paling besar. Di sektor ini, penyusutannya mencapai 13,3 persen menjadi 2.556 unit dari tahun lalu sebanyak 2.949 unit.

Sektor kehutanan juga mengalami hal yang sama, terjual 241 unit dari sebelumnya 265 unit sehingga berkurang 10 persen. Kinerja lebih baik dicatatkan penjualan ke bisnis perkebunan karena tumbuh 31,9 persen menjadi 897 unit dari sebelumnya 680 unit. Disusul ke sektor konstruksi yang juga naik 22,3 persen menjadi 537 unit dari sebelumnya 439 unit.(gen/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook