ROKAN HULU

Dua Kelompok Buruh Bentrok, Kapolsek Luka-luka

Kriminal | Selasa, 20 Oktober 2015 - 09:32 WIB

TAMBUSAI (RIAUPOS.CO)- Diduga perebutan hak bongkar muat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Kencana Persada Nusantara (KPN) yang berada di Desa Batang Kumu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), ratusan buruh dari dua kubu bentrok fisik, Senin (19/10) sekitar pukul 06.00 WIB.

Dari peristiwa tersebut, selain sejumlah buruh mengalami luka-luka akibat lemparan batu dan benda tajam, Kapolsek Tambusai AKP Yahya Harahap yang berada di tempat kejadian peristiwa (TKP) mengalami luka robek di bagian kepala.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pantauan di lapangan, kedua serikat buruh yakni Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (SPTI) dan Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan (SPPP) Rohul menggunakan batu, kayu, dan senjata tajam.

Di lokasi kejadian, sekitar 50 anggota Polsek Tambusai yang dipimpin Kapolsek Tambusai AKP Yahya Harahap sudah siaga di TKP untuk menenangkan situasi. Namun pada pukul 06.00 WIB, bentrokan pun pecah. Ratusan buruh ini kemudian saling serang dan melemparkan batu ke arah yang berlawanan.

Sehingga anggota kepolisian dari Polsek Tambusai sempat kewalahan untuk menenangkan massa yang tersulut emosi.

Untuk melerai kerusuhan ini, polisi terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan dan gas air mata kepada buruh yang saling melempar batu.

Dalam kejadian itu Kapolsek Tambusai AKP Yahya Harahap, terluka di bagian kepala, akibat lemparan batu dari para buruh.  Terdapat 4 orang anggota SPPP dan 3 orang anggota SPTI terluka karena lemparan batu serta sabetan senjata tajam. Selain itu  satu unit mobil satuan tugas (Satgas) milik SPTI rusak akibat di rusak massa.

Bentrokan dua serikat buruh ini akhirnya dapat dihentikan setelah turunnya personel Polres Rohul bersama Pemerintahan Kecamatan Tambusai melakukan komunikasi dengan kedua pihak. Agar tidak terjadi kerusuhan lanjutan, polisi meminta kepada perusahaan untuk tidak melakukan aktivitas bongkar muat hingga kondisi kondusif.

Kapolres Rohul AKBP Pitoyo Agung Yuwono SIK MHum melalui Paur Humas Ipda P Simatupang kepada Riau Pos, Senin (19/10) membenarkan terjadi bentrokan fisik dua kubu serikat buruh di PKS PT KPN. Bentrok yang terjadi pukul 06.00 WIB, berawal massa dari kelompok SPPP yang diketuai Apul Simamora berjumlah lebih kurang 100 orang mendatangi PKS PT KPN untuk bekerja.

Tetapi kedatangan kelompok massa tersebut di hadang oleh kelompok SPTI yang berjumlah 20 orang. Dikarenakan jumlah massa kelompok SPTI sedikit, maka mereka mundur.

Lalu mobil Satgas SPTI Merk Nissan Terano yang parkir tepatnya di depan pos PT KPN dengan nomor polisi BM 1735 JL, diduga dirusak oleh kelompok SPPP. Kemudian kaca jendela pos securiti PT KPN pecah akibat lemparan batu. Sekitar pukul 07.15 WIB kelompok SPPP telah menduduki PKS PT KPN.

Sekitar pukul 08.00 WIB massa dari kelompok SPTI yang berjumlah 100 orang yang dipimpin Normal Harahap berkumpul di samping PKS PT KPN dan kelompok massa dari SPTI tersebut bermaksud ingin melakukan serangan balik terhadap kelompok SPPP.

Namun pada saat itu massa dari kelompok SPTI diberikan imbauan dari Polsek Tambusai agar menahan diri, pukul 09.30 WIB kedua belah pihak tidak bisa menahan diri, kemudian terjadi bentrok fisik dengan lemparan batu antar keduanya.

Dalam bentrok Kapolsek Tambusai AKP Yahya Harahap mengalami luka bagian kepala akibat lemparan batu, dan lansung dilarikan ke Puskesmas Tambusai. Dari SPTI terdapat satu orang korban luka di bagian kaki kiri atasnama Normal Harahap, kemudian dari SPPP ada dua orang korban luka di bagian kepala akibat lemparan batu.

Guna mengurai aksi saling lempar batu, Sabhara Polres Rohul menembakkan gas air mata ke arah masa. ‘’Saat ini situasi bentrok telah reda. Situasi di lapangan kondusif dan aman. Sekarang sedang dilakukan mediasi terhadap kedua kedua kelompok oleh pemerintah,’’ sebutnya.

Kapolres Rohul AKBP Pitoyo Agung Yuwono yang dihubungi Riau Pos, Senin petang menyebutkan, dari bentrok fisik kedua kubu serikat kerja itu, pihak kepolisian belum menetapkan tersangka.

Kapolres menjelaskan, pasca bentrok fisik buruh serikat pekerja, perusahaan tidak beraktivitas dulu untuk menghidari terjadinya sesuatu yang tidak dinginkan.

‘’Polres akan menempatkan 1 SSK Brimop di TKP, untuk mengantisipasi tidak terjadinya bentrok susulan,’’ sebutnya.

                2 Kubu Saling Tuding

Bentrokan fisik yang terjadi di kawasan PKS PT KPN, dua serikat buruh saling tuding terkait siapa yang lebih dulu memicu terjadinya bentrokan fisik dilapangan.

Dari versi Ketua PUK SPTI Normal Harahap mengaku, bentrokan fisik yang terjadi dipicu karena aksi penyerangan yang di lakukan anggota SPPP terhadap anggota SPTI.

 Menurutnya, saat kejadian, Satgas SPTI yang berjumlah 20 orang tengah melakukan tugas rutin mengamankan para anggota yang hendak bekerja di serang oleh ratusan buruh dari SPPP.

‘’Puluhan Satgas sedang melakukan pengamanan di lokasi, tiba-tiba saja ratusan anggota SPPP datang menyerang Satgas, karena tidak sebanding, makanya kami mundur dan tidak melakukan perlawan. Meninggalkan mobil operasional Satgas yang akhirnya di rusak masa,’’ ungkap Normal kepada wartawan, usai mediasi yang di lakukan oleh Pemerintah Kecamatan Tambusai dan Polres Rohul.

Normal Harahap mengaku dirinya mendapatkan informasi, awalnya kedatangan SPPP adalah untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada perusahaan. Namun dirinya tidak menyangka aksi unjuk rasa yang di rencanakan tersebut berujung terhadap penyerangan terhadap anggotanya.

Sementara dari versi Ketua PUK SPPP Mangapul Simamora menegaskan, bentrokan yang terjadi justru dimulai dari kubu SPTI. Saat kejadian, anggota SPPP hanya ingin bekerja kembali membongkar muat di PT KPN. Namun tiba-tiba saja, belum sampai ke PT KPN masih sekitar 100 meter lagi, pihak dari SPTI melakukan penghadangan dan pelemparan batu, kemudian memakai clurit dan lainnya mengejar anggota dari SPPP.

Satu unit mobil jenis Avanza hampir menabrak masyarakat yang datang ke menuju perusahaan. Kemudian anggota SPPP ini dilempari batu yang akhirnya terpaksa membalas.

‘’Anggota kami ada empat yang mengalami luka-luka, ada tangan yang kena clurit, ada mata yang kena lempar batu dan lain, kini mereka sedang mendapat perawatan medis oleh dokter,’’ sebutnya.

Mangapul mengaku sudah ada mediasi dan hearing, baik di DPRD Rohul, kemudian Dinsosnakertrans Rohul. Tapi dalam pertemuan tersebut, masyarakat sama sekali tidak pernah dilibatkan dalam mediasi apapun.

‘’Kami tak pernah diajak mediasi, kami mengalah saja selama ini, hanya mencari makan untuk anak dan keluarga, bukan mencari kaya,’’ terangnya.(epp/rnl/mal)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook