DURI (RIAUPOS.CO) -- Peredaran dan penyalahgunaan narkoba terutama jenis sabu-sabu di wilayah Duri dan sekitarnya diyakini mengalami peningkatan pesat dalam sepuluh tahun belakangan. Jumlah pengguna barang haram itu pun diyakini semakin meningkat dan berlipat.
Kenyataan memprihatinkan tersebut disampaikan salah seorang pemuda Mandau Tomi Kasmara alias Boy Anas kepada Riau Pos di Duri, Ahad (18/8).
“Kita sangat prihatin. Narkoba sudah di halaman rumah kita. Narkoba kini menjadi ancaman sangat serius. Terutama bagi kalangan pelajar, remaja, dan pemuda. Saya sangat miris melihat kondisi Duri sekarang,” kata Ketua Keluarga Alumni Pelajar dan Mahasiswa Riau Yogyakarta (Kapemary) Wilayah Duri tersebut.
Tak bisa dipungkiri, imbuhnya, sejak sepuluh tahun belakangan, berita tentang penyalahgunaan narkoba dan penangkapan pengedar hampir selalu menghiasi halaman media cetak dan media online. Dan yang ditangkap itu tidak jauh dari orang-orang yang dikenalinya.
Disiagakannya BKO Restik Sat Narkoba Polres Bengkalis di Duri, tambahnya, merupakan pertanda bahwa peredaran narkoba di daerah ini sudah termasuk parah. BKO Restik tersebut ditugaskan untuk memberantas narkoba disamping Tim Opsnal Polsek Mandau.
Untuk memberantas narkoba itu, imbuh Boy Anas, banyak hal yang bisa dilakukan. Peran dari semua pihak terkXait pun sangat diperlukan untuk pemberantasan narkoba.
“Ini bukan semata-mata kerja polisi saja. Semua pihak harus membantu memberantas penyebaran ‘kanker’ sabu yang dengan cepat menyebar ke rumah-rumah kita,” tuturnya.
Orang tua, menurut Boy lagi, tidak akan mengetahui kalau anaknya pengguna narkoba karena hal itu susah untuk diketahui dari panca indera orang biasa. Cuma orang tua mantan pemakai yang bisa mengetahui kalau anaknya pengguna. “Itu bisa dideteksi dari gerak gerik si anak,” katanya.
Kondisi ekonomi di Kota Duri kini semakin sulit. Angka pengangguran meningkat. Hal itu menurut Boy bisa mendorong orang untuk menjadi pengedar sabu.
“Karena itu, kita berharap kepada polisi dan media, untuk tidak lagi merilis harga jual sabu atau uang hasil penjualan sabu yang disita dari pengedar. Itu akan merangsang lahirnya pengedar-pengedar baru. Apalagi di saat mereka tidak punya uang di tangan. Sementara pengedar sabu bisa pegang uang jutaan rupiah,” imbuhnya.
Boy juga minta polisi dan ormas anti narkoba untuk makin gencar melakukan sosialisasi berkala. Libatkan para mantan pengguna narkoba sebagai motivator. “Selain kepada anak muda, kita juga sosialisasikan ke orang-orang tua hingga mereka bisa memperhatikan gerak-gerik anak mereka sendiri di lingkungan rumah,” tutup Boy.(sda)