Riau Pos Online - Pascadilaporkan ke polisi, hingga kemarin He, Kepsek SMP 28 Batam belum juga menampakkan batang hidungnya di Polres.
Pantauan di Unit PPA Satreskrim Polresta Barelang, penyidik nampak masih memeriksa saksi dalam hal ini orang tua ke-14 siswi korban. UK, salah satu orang tua yang diperiksa.Sementara itu dari hasil visum kedua siswi. Polisi menemukan bukti kalau kemaluan kedua pelajar ada tanda-tanda kekerasan berupa robek di bibir kemaluannya. Hal ini dibenarkan Kanit PPA Aiptu Puji Hastuti saat dikonfirmasi wartawan.
"Iya, ada tanda kekerasan di kemaluan kedua korban," jelas Puji.
Informasi di kepolisian, pelaku sedang dijemput oleh tim penyidik. Namun, belum jelas kapan tibanya.
Tak Ada Kata Damai
UK, salah seorang ayah siswi korban pencabulan He kembali mendatangi Mapolresta Barelang untuk menanti kepastian penetapan tersangka sang kepsek cabul.
"Anak saya diancam akan diberhentikan sama dia (He)karena dikira hamil. Padahal putri saya sama sekali tak hamil. Keluar malam atau berulah saja tak pernah," katanya kemarin.
Ia menyebutkan kronologis awal anaknya dicabuli oleh Kepsek dimana pada akhir Desember 2012 lalu sang kepsek mengajak putrinya ke Dinas Pendidikan di Sekupang.
"Alasan dia mau membersihkan nama sekolah karena anak saya dituduh hamil. Tapi ternyata dibawa ke Punggur dan dikerjain di mobil," bebernya berapi.
"Anak saya dipaksa buka celana. Dipaksa buka baju lalu dan digerayangi d mobil," ujarnya geram.
Habis berbuat asusila itu, lanjut UK, He lantas mengancam putrinya. "Jangan kasih tahu sama siapapun, nanti kamu berhenti sekolah," sebutnya.
Ia menyebut He sebagai orang dengan wajah bermuka dua. Pasalnya sebelum kejadian ini terungkap, ia sempat jumpa dengan kepsek saat mengambil paspor. Ketika itu He begitu seolah suci, tetapi nyatanya tak seperti apa yang dia kira.
"Akibat kejadian ini, istri saya syok berat. Dia malu dengan para tetangga. Begitupun tiga adik-adiknya sering diejek," keluh UK.
"Saya tak akan mau damai dengan kepsek yang telah merusak masa depan putri saya. Kalau polisi tak cepat proses hukumnya, tunggu saja, dia yang mati atau saya," geramnya berapi-api. (thr/jpnn)