Cadangan Minyak Tinggal 3,7 MB

Kriminal | Senin, 16 April 2012 - 09:05 WIB

Cadangan Minyak Tinggal 3,7 MB

PEKANBARU (RP)- Wakil Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Republik Indonesia Prof Dr Ir Widjajono Partowidagdo menyebutkan, cadangan minyak di Indonesia tinggal 3,7 miliar barel.

Nominal yang jika dipresentasikan setingkat dengan 0,3 persen cadangan minyak dunia itu tergolong terbatas dan perlu segera dicarikan solusi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Indonesia bukan negara yang kaya minyak. Ini terlihat dengan cadangan minyak kita yang semakin berkurang. Untuk itu, upaya-upaya pengembangan energi alternatif, pembatasan dan penghematan harus segera dilakukan,’’ ujar Widjajono.

Pria yang tergabung dalam Anggota Dewan Energi Nasional itu mengatakan, nilai impor minyak di Indonesia tergolong tinggi, dengan nilai 272 ribu barel per hari, BBM sebesar 499 ribu barel per hari, gas 797 ribu kaki kubik per hari, dan batu bara senilai 2,4 juta metrik ton per hari. Ini dikarenakan produksi di tingkat nasional belum optimal.

Pada 2011, produksi minyak Indonesia 902 ribu barel per hari, gas sebesar 1,5 juta kaki kubik per hari dan batubara 3,4 juta metrik ton per hari. ‘’Untuk itu, sebagai negara net importer minyak dan tidak memiliki cadangan minyak yang banyak, tidak bijaksana jika mengikuti harga BBM murah di negara-negara yang cadangan minyaknya berlimpah,’’ ujar Wakil Menteri yang terlihat nyentrik dengan rambut gondrongnya itu.

Guru Besar ITB itu menilai, pengembangan energi alternatif dengan memanfaatkan potensi yang ada harus digalakkan. Seperti terobosan tekhnologi di CBM (gas di lapisan batu bara dengan dewatering atau memproduksikan air lebih dulu) dan di shale gas (gas yang tertinggal di batuan induk dengan fracturing) di Amerika hendaknya dapat diterapkan di Indonesia.

‘’Apabila Indonesia menerapkan tekhnologi itu, maka kita akan mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh gas yang besar seperti di Amerika,’’ ujar Widjajono kepada Riau Pos, usai meninjau pameran Tekhnologi Perminyakan di UIR, Sabtu (14/4).

Dia menyontohkan, biaya listrik di Sumatera Selatan Rp800/KWh karena memakai gas dan batu bara. Sedangkan di Sumatera Utara Rp3.500/KWh karena memakai BBM. Kondisi itu sangat disayangkan, karena potensi panas Bumi Indonesia merupakan terbesar di dunia.

‘’Kita punya panas Bumi terbesar di dunia dengan 29 GW, potensi air 76 GW dan potensi biomass sebesar 50 GW. Ini akan memberikan pengaruh positif jika dapat dimanfaatkan. Seharusnya, sedapat mungkin kita tidak menggunakan BBM untuk listrik,’’ tegas pria yang mengaku pernah mengajar di Universitas Riau ini.

Habis untuk Subsidi

Wamen ESDM menilai pembatasan penggunaan dan penghematan menjadi salah satu solusi konkrit. Pasalnya, nilai subsidi yang besar masih memberatkan pendapatan pemerintah.

‘’Perlu diketahui bahwa pendapatan pemerintah dari minyak kita habis untuk subsidi harga BBM. Produksi minyak sebesar 930 ribu barel per hari menghasilkan pendapatan mencapai Rp205 triliun. Sementara subsidi BBM dengan asumsi harga BBM naik 1.500 per liter adalah Rp137 triliun, kalau harga BBM tidak naik, maka subsidinya mencapai Rp178 triliun. Untuk itu, perlu solusi, seperti penghematan dan pembatasan,’’ tuturnya.

Saat ditanyakan mengenai formulasi yang disusun dalam skema pembatasan BBM, dia mengatakan hal tersebut sedang disusun. Menurutnya, penghematan yang serius dapat dilakukan dengan memberikan prioritas pada yang memerlukan, seperti peraturan bahwa pertamax wajib untuk mobil pribadi 1.500 cc ke atas, kewajiban menggunakan premix untuk mobil pribadi di bawah 1.500 cc.

Bahkan, menurutnya, diperlukan peraturan tentang penggunaan premium hanya untuk angkutan umum dan sepeda motor. Selain itu, penggunaan alat penghemat BBM juga diimbau untuk ditingkatkan, seperti hasil temuan Prof Djoko Sungkono dari ITS, penghemat BBM turbo 1 oleh pak Faisal dari Palembang, pengembangan kemiri sunan untuk biodisel dan beberapa inovasi positif lainnya.

Langkah lain yang diperlukan adalah penggunaan tabung LPG 3 Kg untuk nelayan melaut juga dapat disosialisasikan. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan mengoptimalkan kendaraan transportasi umum dan mengurangi pemakaian listrik harus menjadi perhatian seluruh pihak dalam mendukung komitmen penghematan energi.

‘’Bangsa yang besar adalah bangsa yang pemikir. Jadi, ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak dan luar negeri adalah ketidakmandirian. Tidak menggunakan energi yang kita miliki secara optimal adalah tidak bijaksana. Dengan mengurangi ketergantungan kepada BBM, maka insya Allah Indonesia akan menjadi lebih baik,’’ paparnya.

Ekspor Listrik ke Singapura

Wamen menambahkan, potensi yang dimiliki Indonesia masih sangat besar di luar minyak Bumi. Untuk itu, pengolahannya masih diperlukan secara optimal, sehingga dapat memberikan out put yang maksimal.

Menurut Widjajono, pemanfaatan potensi sumber energi alternatif jika dilakukan secara proporsional akan memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah dan nasional. Seperti kegiatan ekspor dari pengelolaan batubara dan gas.

‘’Saat ini kita merancang untuk mengekspor listrik ke Singapura. Ini dilakukan, dengan pengembangan dan pemanfaatan potensi batu bara. Jadi kita tidak perlu lagi mengekspor gas untuk memenuhi keperluan listrik di Singapura,’’ paparnya. Dia menambahkan, progres tersebut sangat mungkin untuk diterapkan. Pasalnya, daerah tetangga seperti Batam dan Kepulauan Riau memiliki potensi untuk pengembangan tersebut.

Bahkan, untuk mendukung itu, pengembangan dan kerja sama dengan pihak swasta sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Hanya saja, diperlukan peningkatan iklim investasi dengan regulasi dan birokrasi serta koordinasi antara institusi dan birokrat yang mendukungnya.

‘’Bangsa yang besar harus berpikir dalam keadaan sulit. Rusia bisa hebat karena takut dengan Amerika, begitu juga sebaliknya, kondisi yang sulit harusnya memotivasi untuk maju dan melakukan inovasi. Jika kita percaya dapat berbuat, maka kita akan dapat berbuat sesuatu,’’ imbuh pria yang optimis pengembangan energi alternatif dapat diterapkan di Riau dan Indonesia itu.(rio)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook