JAKARTA (RP) - Ketua Dewan Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hilmi Aminuddin akhirnya datang ke gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kemarin (14/5), dia memenuhi panggilan kedua yang dilayangkan KPK setelah pekan lalu urung hadir dalam pemeriksaan. Hilmi dicecar pertanyaan seputar rekaman yang mengindikasikan dia ikut menerima suap.
Hilmi yang datang sekitar pukul 09.00 diputarkan rekaman pembicaraan Ahmad Fathanah dengan seorang pria. Informasi yang dihimpun, dalam percakapan tersebut Fathanah ditagih soal uang Rp 15 Miliar untuk "engkong (kakek)".
Dari ucapan tersebut, muncullah kecurigaan terhadap Hilmi. Pria yang berbicara dengan Fathanah itu juga diduga Ridwan Hakim, putra Hilmi. Tidak ada hal lain yang ditanyakan selain seputar rekaman tersebut.
KPK tidak memberikan penjelasan resmi seputar rekaman tersebut dengan alasan masuk materi penyidikan. Namun, informasi soal uang tersebut dibantah oleh Hilmi. "Ngggak ada, nggak ada," ucap Hilmi saat ditanya wartawan seputar dugaan Ridwan menjadi perantara dirinya dan Fathanah.
Hilmi mengatakan, dia datang untuk bersilaturahmi dengan penyidik KPK. Saat diperiksa, dia juga diperdengarkan rekaman. "Ada rekaman yang dibuka, tapi isinya bluffing semua," terang alumnus Pondok Pesantren Tebuireng, jombang, Jawa Timur itu.
Tidak jelas apa yang dimaksud Hilmi dengan ucapan bluffing itu. Secara harfiah, bluffing berarti menggertak. Apakah isi rekaman tersebut menggertak atau bahkan mengintimidasi Hilmi, dia tidak menjawab dan langsung masuk ke mobil yang telah menunggunya.
Pengacara Hilmi, Zainudin Paru, mengatakan jika kliennya sama sekali tidak mengenal siapapun yang ada dalam rekaman tersebut. Bahkan, penyidiklah yang mengatakan kepada Hilmi jika suara tersebut milik Fathanah. "Beliau tidak mengenal Fathanah," terangnya. Dalam rekaman tersebut, lanjut Paru, Fathanah berbicara dengan seorang laki-laki. Kepadanya, Fathanah mengatakan jika sudah bertemu dengan Ridwan.
Secara keseluruhan, Hilmi dicecar 10 pertanyaan. Tujuh di antaranya seputar identitas pribadi, sisanya seputar rekaman tersebut. Yang jelas, lanjut Paru, dalam rekaman tersebut tidak ada suara Ridwan.
Juru bicara KPK Johan Budi tidak banyak berkomentar seputar pemanggilan Hilmi. Dia menegaskan, pemeriksaan Hilmi, Anis Matta, maupun sejumlah elite PKS lainnya tidak terkait dengan partai. "Keterangan mereka dibutuhkan, tapi memang sekarang posisi mereka sebagai ketua DPP PKS (Anis Matta) dan Dewan Syuro PKS (Hilmi Aminuddin)," ujarnya. (byu/fal/dod)