Ekonom Senior Tak Tahu Apakah Prof Rudi Rubiandini Tetap Idealis

Kriminal | Rabu, 14 Agustus 2013 - 14:41 WIB

Ekonom Senior Tak Tahu Apakah Prof Rudi Rubiandini Tetap Idealis
Dradjad H Wibowo

JAKARTA (RP) - Meski secara personal bukan teman dekat, namun Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Dradjad H Wibowo, mengaku bila dulu sering berkomunikasi dengan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini. Kepada Rudi, ekonom senior ini sering menimba ilmu soal migas. Saat berkomunikasi itu, Dradjad menangkap kesan dari alumnus ITB ini.

"Yang bersangkutan adalah akademisi yang mumpuni dalam bidangnya, dan sangat idealis waktu kami sering komunikasi dulu. Jadi saya banyak berguru pada yang bersangkutan tentang Migas," kata Dradajad beberapa saat lalu (Rabu, 14/8).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Karena itu, Dradjad agak terkejut ketika Rudi bersedia masuk di BP Migas, apalagi menjadi Wakil Menteri ESDM. Sebab, tak jauh beda dengan Dradjad, sebagian pandangan Rudi tidak cocok dengan kebijakan pemerintahan sekarang. Karena itu, idealnya, Rudi, sebagaimana Dradjad, tetap berada di luar pemerintahan.

"Karena tugas sebagai Waketum PAN, saya memang tidak lagi banyak mengkritisi pemerintah untuk menjaga soliditas di partai. Namun konsistensi sikap dalam prinsip-prinsip kebijakan itu tetap diperlukan. Itu yang membuat saya terkejut ketika yang bersangkutan bersedia masuk dalam jajaran pemerintah," ungkap Dradjad.

Dradjad pun merasa kehilangan teman seperjuangan bila benar Rudi menerima suap. Bagaimanapun, sektor migas Indonesia kita membutuhkan overhaul besar-besaran. Sebab saat ini, banyak pemborosan yang antara lain membuat subsidi membengkak jauh lebih besar dari yang semestinya. Di saat yang sama, cost recovery sering tidak terkendali, sementara produksi anjlok terus. Sedangkan dari waktu ke waktu, pembangunan kilang masih saja cuma menjadi wacana, sementara ada banyak permainan dalam produksi, impor maupun distribusi migas.

"Kita perlu otak-otak brilian seperti Prof Rudi. Kalau orang seperti yang bersangkutan sampai kejeblos seperti ini, ini benar-benar sebuah setback, sebuah langkah mundur yang memprihatinkan. Yah, minyak itu memang licin dan melicinkan," ungkap Drdajad.

Dradjad pun menambahkan, bahwa ia sering memberi nasihat kepada para politisi junior di bawahnya. Dalam nasihat itu disampaikan bahwa santri yang alim di pesantren itu adalah hal yang biasa saja. Akan menjadi luar biasa, dan teruji kesantriannya, bila sudah masuk Jakarta namun tetap alim.

"Karena lama tidak berkomunikasi, saya tidak tahu apa yang bersangkutan (Rudi) masih tetap idealis seperti dulu. Namun saya memang sering melihat akademisi, aktifis atau siapa saja yang pada awalnya idealis, lalu berubah drastis ketika sudah masuk ke dalam kekuasaan, baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif," demikian Dradjad. (ysa/rmol/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook