Riau Pos Online - Aksi Kejahatan dengan kekerasan kian menjadi. Sepasang suami istri (pasutri) dibunuh secara keji oleh perampok, bahkan anak tunggal mereka yang masih berusia 7 tahun digorok hingga leher nyaris putus.
Perampokan sadis tersebut terjadi di kediaman keluarga Patar Ginting (50) di Dusun II Pondok Tengah, Desa Suka Mulia Hilir, Kecamatan Namorambe, Deli Serdang, Minggu (12/5) dini hari lalu, heboh. Pria yang berprofesi sebagai ahli pengobatan alternatif ini tewas mengenaskan bersama istrinya, Anik (45), dan anak tunggal mereka, Aisyah Br Ginting (7).
Informasi yang dihimpun Pos Metro Medan (Riau Pos Grup) di lapangan menyebutkan, dini hari itu sekira pukul 02.30 WIB, Patar Ginting tidur bersama istri dan anaknya.
Tiba-tiba korban Patar tersentak bangun karena lampu rumahnya mati. Karena mendengar meterannya lepas, korban menduga kalau listrik di rumahnya mati karena stutnya nembak.
Selanjutnya, Patar pun keluar dari dalam rumahnya dengan maksud mengembalikan stutnya yang nembak itu. Begitu berada di luar rumah, Patar langsung ditikam dengan senjata tajam di bagian leher oleh pelaku yang diduga lebih dari satu orang.
Seketika itu juga darah segar muncrat dari leher korban. Mendapat serangan mendadak, korban tak sempat melawan. Pelakupun langsung menghujaminya beberapa tikaman lagi, hingga korban akhirnya tewas di teras rumahnya dengan posisi terduduk di sofa. Diketahui, korban tewas dengan lima luka tikaman di bagian leher, dada, muka dan kepala sebelah atas.
Mendengar suara ribut-ribut, anak tunggal korban Aisyah br Ginting (7) pelajar Kelas 1 SD Negeri Namorambe yang juga terbangun dini hari itu, mencoba menemui ayahnya ke teras rumah bercat putih itu.
Namun tragis, pelaku yang kalap langsung menggorok leher korban di ruang tengah di mana pasangan suami istri dan anaknya tersebut tidur. Seketika itu juga Aisyah tewas di tempat dengan kondisi leher nyaris putus.
Sang istri, yang saat kejadian pembunuhan suami dan anaknya sedang berada di kamar mandi juga tak luput dari perbuatan sadis pelaku. Wanita ini didatangi ke kamar mandi dan langsung ditikam oleh pelaku. Mendapat serangan itu, korban tewas di tempat dengan kondisi berlumuran darah dan tanpa mengenakan celana.
Setelah membantai penghuni rumah, para pelaku langsung menggasak kotak infak, perhiasan, uang dan Hp milik korban. Selanjutnya para pelaku kabur ke belakang rumah korban dan hilang di kegelapan malam.
Pasti Br Barus (56), yang merupakan tetangga korban sempat melihat kejadian sadis itu. Namun karena takut, wanita ini langsung berlari keluar dari dalam rumahnya yang berada persis di belakang rumah korban, untuk menyelamatkan diri. Pasti br Barus pun bersembunyi di semak-semak tak jauh dari rumahnya.
Setelah para pelaku pergi, Pasti kemudian memberitahukannya ke warga yang berada di warung kopi yang tak jauh dari lokasi kejadian. Warga yang mendengar itu, langsung mendatangi rumah korban dan selanjutnya melaporkan ke Kepala Desa Suka Mulia Hilir Nggeluh Pelawi.
Oleh kepala desa, laporan itu langsung diteruskan ke Polsek Namorambe. Tak berselang lama, tim Reskrim yang dipimpin langsung Kapolsek Namorambe AKP SH Karo-karo, disusul kemudian Kapolres Deliserdang AKBP Dicky Patria tiba di lokasi kejadian.
Setelah tiba di TKP, AKBP Dicky Patria pun langsung mengusir wartawan yang berada di lokasi, bahkan mantan Kapolres Tapteng ini sempat menyorong kru koran ini sembari mengatakan, “Tidak ada yang boleh masuk ke area garis polisi, keluar kalian!” ujarnya lantang. Mendengar itu, sejumlah wartawan yang lebih dulu tiba di lokasi langsung keluar dari batas garis.
Setelah melakukan olah TKP, Kapolres Deliserdang AKBP Dicky Patria langsung diwawancarai wartawan terkait kasus pembunuhan sadis tersebut. “Motifnya masih kita selidiki, namun dugaan sementara korban dirampok, karena kotak infaq, uang, perhiasan dan Hp korban raib dari dalam rumah. Bahkan kotak infaq yang terbuat dari kaca itu, ditemukan sejauh tiga ratus meter dari TKP, dengan posisi kacanya telah pecah, dan uang yang berada di dalam yang ditaksir lebih dari Rp5 juta dibawa lari pelaku,” ujar Dicky kepada wartawan.
Nurmaya (53), kakak tertua istri Patar Ginting, yang bermukim di Martubung mengaku sempat ditelepon adiknya yang paling kecil itu, Sabtu (11/5) sore sekira pukul 18.00 WIB. Saat itu Anik mempertanyakan tentang mobil warisan orangtua mereka.
“Semalam dia nelpon aku dan menanyakan tentang mobil orangtua kami. Saat itu kubilang mobilnya masih ada. Setelah itu, dia pun mengaku mau pergi bersama anak dan suaminya jalan-jalan untuk naik odong-odong, karena si Aisyah itu suka kali naik odong-odong,” ujar Nurmaya.
Pantauan wartawan di lapangan, petugas Labfor Polda Sumut menurunkan dua ekor anjing pelacak dalam melakukan penyelidikan di lokasi kejadian. Petugas sempat menggeledah rumah Pasti Br Barus yang berada persis di belakang rumah korban, namun dalam pencarian itu petugas tak menemukan apa-apa.
Tak jauh dari TKP petugas menemukan kotak infaq di belakang rumah korban dan berada di kebun pisang miliknya.
Pelaku Diduga Orang Dekat Korban
Pasti Br Barus, tetangga korban saat kejadian sempat mendengar suara pintu didobrak dan jeritan sebanyak dua kali. Mendengar itu, Pasti bersama anaknya Peristiwa Sembiring (14) langsung keluar dari dalam rumahnya.
“Aku sempat melihat ada bayangan hitam, bergerak di belakang rumah itu, tapi aku enggak jelas kali nampak. Melihat itu, aku berama anakku itu langsung lari ke semak-semak di sebelah rumah itu untuk bersembunyi. Sebab, saat kami keluar itu, kurasa kami dilihatnya. Usai memasuki rumah mereka, kediamanku ini, dilempari pakai batu, entah berapa kali. Sangkin ketakutannya, aku pun lama baru keluar dari semak-semak itu,” ujar Pasti sambil berlalu pergi hendak menuju Mapolsek Namorambe untuk diambil keterangannya.
Warga setempat menduga pelakunya kenal dekat dengan korban, karena saat aksinya diperogoki korbannya, mereka pun nekat menghabisi satu keluarga ini. “Selama ini, bapak itu memang terkenal sebagai ahli kusuk. Pasiennya banyak sekali, kalau sehari bisa 15-20 orang per hari.
Kalau maharnya Rp51 ribu per orang, dan di rumah bapak itu, ada kotak infaq untuk masjid yang berada di sebelah Polsek Namorambe. Jadi, pasien bapak itu, sering memasukan uang ke dalam. Jadi uangnya di kotak itu banyak jumlahnya,” ujar pria berperawakan sedang ini.
“Dilihat dari aksinya, ini bisa kita bilang pelakunya orang yang dikenali korban. Sebab kalau orang jauh enggak mungkin mengetahui seluk beluk rumah korban itu. Bahkan pelakunya itu tahu arah keluarnya di malam hari,” ujar pria yang ditaksir berusia 40 tahun ini menjelaskan. (roy/pmm/rpg)