Surfactant Perpanjang Umur Sumur Minyak Minas

Kriminal | Jumat, 13 April 2012 - 08:10 WIB

PEKANBARU (RP)- Ditemukannya teknologi surfactant dalam mengambil minyak mentah dari bebatuan perut bumi dapat memperpanjang umur sumur minyak di Minas.

Demikian dikatakan Hasyim Nur dan Muhammad Syafwan, dua pemateri PT CPI dalam presentasi industri hulu migas yang dilaksanakan Universitas Islam Riau (UIR) di autorium Fakultas Hukum UIR, Kamis (12/4).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hasyim Nur yang sehari-hari menjabat sebagai Manager Sumatera Light South Production Minas PT CPI ini menjelaskan kepada wartawan, lapangan Minas merupakan lapangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di Asia Tenggara. Lapangan ini menghasilkan minyak Sumatera Light Crude yang terkenal di dunia.

Dijelaskannya, lapangan minyak Minas ditemukan pada tahun 1944 dan mulai menghasilkan minyak pada 1952. Diperlukan waktu 17 tahun untuk meraih pencapaian produksi 1 miliar baret di tahun 1969. Tahun 1970-an teknologi injeksi air (water flood) yang pertama diperkenalkan dan diterapkan di Minas. Teknik canggih ini berhasil mendorong produksi dan hanya tujuh tahun setelah pencapaian hasil kumulatif sebesar 1 miliar barel minyak.

Minas mencatat sejarah produksi 2 miliar barel pada tahun 1976 dan 3 miliar pada tahun 1984. Pada tahun 1990-an, di lapangan Minas diterapkan instalasi metode pola injeksi air (pattern water flood method) dan tahun 1997 Minas mampu memproduksi 4 miliar barel minyak.

‘’Chevron menggunakan zat surfactant dikarenakan peralatan sumur minyak sudah tua dan lebih dari 50 tahun sehingga banyak gangguan yang dapat memperbesar biaya. Oleh karena itu ditemukannya teknologi canggih ini bisa menekan biaya produksi dengan hasil produksi tercapai,’’ sebutnya.

Saat ditanya apakah hanya Chevron saja yang menggunakan surfactant dan polymer flooding, Hasyim menjelaskan saat ini perusahaan perminyakan lain juga sudah menggunakannya seperti Medco dan Pertamina Hulu.

‘’Di Minas teknologi surfactant ini cocok dan kita belum tahu apakah nantinya semua lapangan minyak CPI menggunakan surfactant atau tidak tergantung dari hasil ujicoba yang sedang berlangsung saat ini,’’ terangnya.

Disinggung mengenai berapa barel minyak yang berhasil diangkat ke permukaan dengan menggunakan surfactant ini, Hasyim menjelaskan pihaknya tidak bisa memberikan data secara terperinci.

Presentase industri hulu migas ini dimulai 10-13 April yang melibatkan BP Migas, PT Kalila, PT CPI, PT Kondur, PT SPR Langgak, PT Petroselat, PT Samudra Persada Energi (SPE), PT Medco E&P Indonesia, UB Pertamina EP Lirik, BOB PT BSP-Pertamina Hulu.(hen)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook