PEKANBARU (RP) - Badan Pengelolaan Minyak Bumi dan Gas (BP Migas) menyampaikan keprihatinan terhadap beberapa kasus yang mencuat dan menjadi topik nasional akhir-akhir ini, yang melibatkan perusahaan dan masyarakat.
Perhatian ini disampaikan langsung beberapa Penasehat Ahli (PA) dan Kepala Perwakilan BP Migas Sumbagut saat berkunjung ke redaksi harian Riau Pos, Senin (9/1) sore.
Ketua rombongan yang dipimpin langsung oleh PA Bidang Komunikasi Putut Prabantoro menyebutkan, apabila ini terus terjadi bisa mempengaruhi iklim investasi.
‘’Kami ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada konflik-konflik ini terutama apa yang terjadi di Riau seperti kasus Pulau Padang atau sengketa lima desa yang melibatkan Kampar dan Rohul. Melalui silaturahmi kami berharap informasi dari sumber yang terdepan dalam hal ini media,’’ sebut Putut.
Kunjungan tim besar BP Migas ini terlibat diskusi ringan dengan tim redaksi Riau Pos yang di antaranya hadir sore itu General Manager (GM) H Zulmansyah Sekedang, Pemimpin Redaksi Riau Pos Raja Isyam Azwar, Wakil Pemimpin Redaksi (Wapimred) H Yasril dan Harry B Koriun serta beberapa staf redaksi lainnya.
Sementara dari BP Migas selain Putut juga hadir PA Bidang Pengawasan Suryantoro, PA Bidang Hukum Amrizil Syahrin, Kepala Divisi Perwakilan Mulyani Wahyono, Kepala Perwakilan Sumbagut Julius Wiratno, Kepala Dinas Humas dan Hubungan Kelembagan Budi Handoko dan Staf Ahli Deputi Umum Agus Suryono.
Mengenai beberapa konflik yang terjadi, GM Riau Pos Zulmansyah Sekedang menilai kurangnya informasi yang didapatkan masyarakat mengenai kontribusi sebuah perusahaan kontraktor Migas terhadap daerahnya.
‘’Pemberitaan kegiatan seperti kontribusi sebuah perusahaan kepada daerah sekitar yang menjadi daerah operasinya sangat penting. Jadi program semacam Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh kontraktor atau perusahaan misalnya yang menjadi mitra BP Migas harus diketahui masyarakat banyak, yang salah satu caranya dengan pemberitaan. Karena selama ini masyarakat sering kurang tahu kontribusi perusahaan pada daerahnya, makanya konflik mudah terjadi karena masyrakat merasa perusahaan hanya mengeruk keuntungan saja. Padahal banyak hal yang diperbuat oleh perusahaan,’’ jelas Zulmansyah memberikan masukan.(h)