PEKANBARU (RP) - Tiga perusahaan jasa taksi yang sudah lama beroperasi di Pekanbaru kompak menolak rencana Pemko mendatangkan taksi Blue Bird di Kota Bertuah.
Bentuk dari penolakan itu disampaikan tiga pengusaha taksi, yakni Riau Taxi, Kopsi dan Puskopau dengan mendatangi langsung Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Pekanbaru, Rabu (4/7) siang.
Menurut para pengusaha taksi ini, jika memang ada rencana Pemko melakukan penambahan armada taksi, mestinya ditawarkan terlebih dahulu ke pengusaha lokal. Karena pengusaha lokal masih sanggup jika memang diberi kesempatan.
Selain itu, dengan masuknya pengusaha luar, dikhawatirkan bakal mematikan usaha taksi lokal. Sebab taksi yang ada masih memiliki kewajiban untuk membayar kredit kendaraannya.
‘’Dalam beroperasi, kami sudah menjalankan sesuai komitmen, yakni mengoperasikan Riau Taxi dengan menggunakan argo. Dan itu sudah kita jalankan. Sekarang kami ini baru tumbuh dan masih mempunyai beban yang berat. Kami juga masih perlu bimbingan dan perhatian dari Pemko. Kalau seperti ini kami pikir sudah menyimpang dari komitmen terdahulu yang dibuat bersama Pemko,’’ ungkap Direktur Utama Riau Taxi, Amrizal kepada Riau Pos.
Amrizal mengatakan, kalau sekarang Pemko mengatakan bahwa jumlah armada taksi di Pekanbaru kurang, katakanlah sebanyak 50 unit, terus terang katanya, Riau Taxi sanggup melakukan penambahan armada.
‘’Jangankan 50 unit, 100 unit pun Riau Taxi masih sanggup untuk menyediakan. Kami bukan tidak sanggup. Saat ini jumlah armada yang ada saja sudah 200. Pertanyaannya, mengapa Pemko malah ingin memasukkan perusahaan luar di Kota Pekanbaru. Harusnya kalau Pemko kalau ingin menambah jumlah armada angkutan, khususnya jenis taksi, kan bisa lemparkan dulu kepada kami. Kalau memang kuotanya kurang,’’ ujarnya.
Di sisi lain Amrizal juga mengatakan, Pemko jangan hanya ingin melakukan penambahan armada taksi hanya dikarenakan untuk menyambut PON.
Sementara pelaksanaan PON sendiri di Pekanbaru hanya berlangsung selama 11 hari. Setelah waktu pelaksanaannya selesai.
‘’Terus terang sekarang ini kami mempunyai beban yang sangat berat. Dalam mengambil mobil kami dibiayai oleh leasing dari bank. Sementara dalam beroperasi saja yang bisa kami tutupi baru sebatas untuk menutupi biaya kreditnya saja. Untuk biaya operasionalnya kami masih di subsidi. Karena kita bagaimana harus mematuhi pakai argo,’’ tuturnya.
Secara langsung, katanya lagi, ini sudah membunuh usaha taksi lokal yang ada di Pekanbaru. Ujung-ujungnya nanti perusahaan tidak mau rugi, akhirnya kembali seperti biasa, terjadi tawar menawar harga dengan tidak menggunakan argo.
Sementara Julius yang merupakan bendarahara dari Perusahaan Taksi Puskopau juga mengungkapkan hal yang sama.
Menurutnya yang ingin ditanyakan kepada Dishub adalah apa permasalahan yang terjadi sehingga pengusaha lokal tidak dilibatkan.
Kalau memang ada kekurangan, Puskopau selaku salah satu operator taksi di Pekanbaru siap untuk diberikan teguran.
‘’Kami inikan di bawah binaan dari Pemko sendiri dalam hal ini Dishub. Harusnya sebelum wacana ini dimunculkan Pemko, terlebih dahulu dibicarakan dulu dengan pengusaha taksi yang ada di Pekanbaru,’’ ujarnya.
Di lain pihak, Ketua DPC Organda Kota Pekanbaru, Agusman Sikumbang juga menyesalkan kebijakan Pemko untuk menambah armada taksi, apalagi pemko tidak mengkoordinasikannya dengan Organda terlebih dahulu.
Sebab menurutnya, untuk saat ini angkutan taksi yang ada di Pekanbaru sudah mencukupi. Karna pengguna jasa taksi di Pekanbaru kebanyakan pendatang, bukan masyarakat Pekanbaru sendiri.
‘’Kami melihat alasan Pemko untuk memotivasi perbaikan pelayanan oleh operator lokal terlalu dibuat-buat. Karena operator lokal sudah mematuhi aturan pemakaian argo. Bahkan jika melanggar aturan mereka siap untuk di tindak,’’ ujarnya.
Di tempat terpisah, menanggapi penolakan dari pengusaha taksi lokal, Kepala Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Ir H Syafrudin Sayuti menyatakan, tidak ada alasan bagi pengusaha lokal untuk menolak karena sebelumnya sudah diinformasikan kepada pengusaha lokal yang ada.
Bahkan sudah diingatkan kepada pengusaha lokal untuk memperbaiki pelayanannya dengan mengunakan taksi. Namun tetap saja saat ini 50 persen di antaranya belum memakai argo.
‘’Sebelum rencana mendatangkan taksi Blue Bird ke Pekanbaru, kami sudah sering ingat kepada para pengusaha taksi yang ada untuk memakai argo saat beroperasi. Tapi yang kita jumpai di lapangan, sejumlah taksi yang ada di Pekanbaru tetap saja tidak mematuhi itu. Seperti Puskopau, Kopsi masih banyak warga yang mengeluhkan mahalnya tarif taksi karena borongan,’’ ujarnya memberikan alasan.
Tidak hanya itu, dikatakan Sayuti, berdasarkan laporan, ada argo yang harganya melonjak dari ketentuan. Sebagai langkah antisipasi kenaikan tarif sepihak oleh transportasi darat ini, Dishub berkoordinir dengan instansi terkait menertibkan argo tersebut.
‘’Untuk yang tidak pakai argo kita instruksikan gunakan argo. Argo yang diolah akan kami tera ulang. Selain itu, kita juga akan sosialisasi penggunaan argo tersebut. Jika langkah tersebut tetap tidak digubris, bisa saja izin mereka dicabut,’’ancamnya.
Wako: Benahi Diri, Baru Larang Masuk
Terkait penolakan tersebut, Wali Kota Pekanbaru H Firdaus ST MT yang memberikan izin prinsip menilai pelarangan tersebut adalah hal yang salah. Pasalnya, yang memerlukan armada tersebut bukan Pemko melainkan masyarakat Pekanbaru.
‘’Yang memerlukan armada itu siapa, masyarakat Pekanbaru bukan Pemko. Taksi saat ini belum bisa memenuhi keperluan masyarakat apalagi kualitas juga tidak memuaskan. Makanya seharusnya ini dijadikan tamparan untuk mereka bisa membenahi diri bukan melarang Blue Bird masuk,’’ tegas Wali Kota Pekanbaru H Firdaus ST MT kepada Riau Pos, Rabu (4/7) di Kantor Wali Kota Pekanbaru.
Meski mengecam tindakan tersebut, namun Firdaus memaklumi apa yang dilakukan perusahaan taksi itu. Menurutnya, penyampaian aspirasi ini adalah hak siapa saja. Dari penolakan tersebut, dia juga menilai adalah sebuah pembuktian jika taksi saat ini belum bisa memberikan pelayanan maksimal.
Dengan begitu, Firdaus mengisyaratkan meskipun ada penolakan taksi ini tetap akan masuk ke Pekanbaru dan bersaing mendapatkan hati masyarakat Pekanbaru yang menggunakan jasa angkutan ini.
‘’Tidak ada alasan mereka tidak masuk karena memang ini sudah seharusnya. Semakin banyak perusahaan jasa taksi tentu semakin baik pelayanannya. Jika tidak jelas mereka akan ditinggalkan penumpang. Makanya jika ingin tetap eksis perbaiki sistem, jangan hanya tidur-tidur saja,’’ terangnya.(lim/eko)