PURWANTO DAN CAK DUL YANG NEKAT HABISI AHMAD RAMLI

Korban Sempat Tanyakan Kapak ke Purwanto

Kriminal | Selasa, 02 Juli 2013 - 10:17 WIB

 Korban Sempat Tanyakan Kapak ke Purwanto
Dua tersangka Purwanto dan Cak Dul ditahan di Polres Siak, Senin (1/7/2013). Foto: Alfiadi/Riau Pos

Laporan ALFIADI, Dayun

Purwanto (25) dan Cak Dul (43) kini mendekam di balik jeruji Polres Siak. Tersangka pelaku pembunuhan almarhum Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bengkalis Ir Ahmad Ramli MSi itu tak menduga aksi keji mereka harus berurusan dengan pihak berwajib.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sorot mata Purwanto jauh memandang ke depan. Mengenakan baju tahanan warna biru, ia duduk di kursi panjang yang ada di sel tahanan Polres Siak.  

Ayah dua putri ini pun menceritakan pembunuhan yang ia lakukan bersama saudaranya Cak Dul terhadap Kadiskanlut Bengkalis Ahmad Ramli.

Diakui warga Malang, Jawa Timur ini, ia nekad membunuh almarhum karena tersinggung akan perkataan yang diucapkan. Waktu itu dirinya mengobati tangan almarhum yang kena gatal-gatal.

Pengobatan itu sudah berlangsung tiga kali. Almarhum ini merupakan pasien ketiga, sebelumnya dua pasien lagi yang diobatinya sembuh.

Saat pengobatan ketiga kali, almarhum mengeluarkan perkataan berbeda sebelumnya. Dan ini baru pertama kali ia diperlakukan seperti itu.

“Saya dikatakan, kalau kamu ngak ngobat, ngak dapat uang receh. Apa maksudnya ini? Bukankah saya sudah melakukan pengobatan. Terus, kalau saya tak mengobati, tak dapat uang?” kenang Purwanto menceritakan kejadian itu.

Ia tersinggung, dan beranggapan jika perkataan almarhum itu menjadikan dirinya ibarat seorang pengemis. Artinya jika ia tak melakukan pengobatan, kemudian dan tak dapat uang, sehingga ia harus mengemis.

“Sakit hati saya, mas. Padahal saya diminta untuk mengobati, bukan saya mengemis,” tambah alumni lulusan salah satu pondok pasantren di Pasuruan, Jawa Timur ini.

Selama pengobatan itu, sebut pria yang melakoni sebagai petani ini dibayar hanya Rp500 ribu dan sekali diberikan. Menurut Purwanto, jumlah itu jauh dari kesepakatan.

Katanya, jika mengalami perubahan penyakit, ada tambahan. Tapi Purwanto tak menyebutkan berapa tambahannya itu.

Kekesalan yang dialaminya itu dicurahkan pada sepupunya Cak Dul. Cak Dul geram juga dan ikut merasakan kekecewaan apa yang dirasakan saudaranya itu.

Kemudian timbullah niat dan rencana, untuk melakukan perampokan oleh Cak Dul dengan menggambil mobil almarhum. “Merampok itu idenya Cak Dul,” kata dia.

Rupanya, rencana perampokan berubah. Keduanya berpikir, jika merampok pasti ketahuan, maka dilakukan kedua-duanya yaitu merampok dan menghabisi almarhum.

Tiga hari sebelum keberangkatan ke Pekanbaru, dua saudara sepupu ini memantapkan persiapan, dengan merujuk pada lokasi tindakan aksi, jika melakukan di Bengkalis tak tahu jalan, maka dilakukan di luar Bengkalis.

Hari yang dinantipun tiba, Kamis (28/6). Begitu tahu almarhum hendak ke Pekanbaru, Purwanto bersama Cak Dul sudah siap melakukan rencana yang disusun. Sebelum ke rumah almarhum, Cak Dul memberikan kapak hasil curian pada Purwanto.

Menariknya, kapak yang dibawanya itu diketahui dan nampak oleh almarhum. “Almarhum tak curiga dan menanyakannya,” beber dia.

Dalam perjalanan menuju Pekanbaru dari Bengkalis, Purwanto mulai berpikir di mana tempat yang cocok untuk menghabisi almarhum. Sepanjang perjalanan ia pun berpikir dan mencari-cari, hingga akhirnya tempat untuk melakukan eksekusi ditemukan di Desa Teluk Merempan, Kecamatan Mempura Siak.

Saat hendak melakukan tindakan kejinya itu, ia meminta almarhum untuk berhenti, karena ingin buang air kecil. Almarhum pun menyetujui, dan ikut serta buang air kecil.

Saat almarhum buang air kecil, iapun mengambil kapak yang sudah dibawa dan langsung memukul kepala almarhum. “Saya pukul bagian kepala almarhum lima kali. Pukulan pertama, almarhum langsung tersungkur. Kemudian bangkit lagi, dipukul kembali, dan tersungkur lagi,” sebut dia.

“Di pukulan tiga, empat dan lima itu tanpa jeda, langsung aja saya pukul,” tambah dia lagi.

Setelah pemukulan itu, ia tak tahu jika almarhum meninggal. Melainkan tubuh almarhum digendongnya dan dibawa ke dalam kebun sawit milik warga dan diletakkan di dalam parit. “Saya lakukan itu sendiri, tanpa ada pertolongan orang lain,” kata dia.

Dalam membunuh, ia pun tak ada perasaan menyesal apalagi bersalah. Hanya saja, perasaan kalut dan gugup saat mobil almarhum yang hendak dijualnya itu terbalik saat dibawa. “Saat kecelakaan itu, baru perasaan saya jadi kalut, dan pikiran saya tak tenang,” kata dia.

Waktu dibawa ke Puskesmas Koto Gasib dilakukan perawatan, ia mengakui kondisinya masih labil akibat tindakan yang dilakukannya, hingga pada akhirnya dibawa ke Polres untuk diperiksa dan akhirnya mengakui perbuatan keji itu.

Cak Dul sendiri, awalnya tak merasa menyesal telah merencanakan perampokan yang disertai pembunuhan itu. Menurut pria beristri dua ini, waktu merencanakan itu ia juga merasa solider atas nasib yang menimpa saudaranya itu.

Bahkan ia juga turut melancarkan aksi tersebut dengan menyerahkan kapak hasil curian di tempat kerjanya. Kata Cak Dul, dirinya spontanitas bersikap tak kala saudaranya itu menceritakan kejadian yang menimpanya. Bahkan dirinya juga ikut sakit hati sama almarhum. “Saya mengusulkan membunuh waktu itu tak ada pikiran lain,” sebut dia.

Aksi pembunuhan dengan mengambil harta almarhum sudah direncanakannya, di mana hasil uang penjualan mobil itu dibagi dua dan dibawa balik ke kampung halaman. “Kami perlu duit, makanya dilakukan itu,” tambah buruh kuli batu ini.

Walau, kapak sudah diserahkan pada saudaranya itu, ia tak menanyakan apakah jadi dilakukan pembunuhan atau tidak pada saudaranya itu. Jutru ia malah dihubungi oleh temannya yang mengabarkan jika almarhum menghilang.

Setelah itu, ia bersama mantan staf almahrum Jumat (28/6) sore datang ke Polres Siak atas permintaan keterangan. Langsung saja diperiksa dan menyampaikan keterangan, kemudian ditahan.

Atas kejadian ini keduanya merasa menyesal. Purwanto menyesal telah membunuh almarhum, sementara Cak Dul menyesal kenapa dari awal merencanakan niat jahat itu, bukan melarang dan mencegah.

“Kami menyesal mas, keluarga di kampung belum tahu,” ujar keduanya lirih.

Kapolres Siak AKBP Sugeng Putut Wicaksono SIK menambahkan dalam melakukan pemeriksaan sempat merasa kesulitan, apalagi waktu Purwanto dirawat di Puskesmas Koto Gasib, dalam kondisi labil, sementara almarhum belum ditemukan. “Saya semalaman tak dapat tidur memikirkan kejadian ini, siapa pelakunya,” kata dia.

Namun setelah dibawa dari Puskesmas dan dilakukan pemeriksaan intensif selama 18 jam oleh tim penyidik, akhirnya dia mengaku, jika ia melakukan pembunuhan itu.

Pengakuan pelaku lanjut dia terus dikembangkan dan di cross cek dengan barang bukti milik pelaku berupa handphone, hingga akhirnya dapat kesimpulan sebenarnya. Jika pelaku adalah tunggal dalam melakukan aksinya, di dukung saudaranya yang ikut merencanakan. “Saat ini, kapak yang dijadikan alat membunuh almarhum masih di cari,” kata dia.

Keterangan pelaku, usai melakukan pembunuhan, kapak tersebut diletakkan di samping jok depan, namun saat kecelakaan mobil, terbalik kapak itu tak ada.

Begitu juga dengan handphone milik almarhum yang belum ditemukan, sementara dompetnya ditemukan.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook