SAHAM TAMBANG DAN OTOMOTIF IKUTAN JEBLOK TUH

BI Kesulitan Tenangkan Rupiah, Bursa Goyang

Kriminal | Jumat, 01 Juni 2012 - 08:45 WIB

BI Kesulitan Tenangkan Rupiah, Bursa Goyang

JAKARTA (RP) - Bank Indonesia (BI) diminta tidak menjadi penonton atas kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai lebih dari 2 persen. Rontoknya indeks bursa salah satunya diduga akibat pelemahan rupiah. 

Ketika sesi pembukaan transaksi kemarin, indeks sempat turun 38,61 poin (0,99 persen) ke level 3879,265. Pergerakan IHSG terus di jalur merah dan menjauhi level 3.900.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Pada penutupan perdagangan sesi I, indeks bahkan anjlok 103,484 poin (2,64 persen) ke level 3.814,432. Sementara Indeks LQ45 melemah 17,913 poin (2,7 persen) ke level 646,043.

Pada sesi penutupan, IHSG tergerus 85,092 poin (2,17 persen) ke level 3.832,824. Bursa-bursa di Asia kom­pak jatuh di zona merah, koreksinya makin sore makin dalam.

“BI tidak terlihat aksinya (menahan rupiah-red) agar pasar saham tenang,” kritik Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan, salah satu faktor krusial pemicu aksi jual masif (panic selling) adalah ketika Jumat lalu tiba-tiba rupiah melemah terhadap dolarAS. Sayangnya, aksi konkret BI tidak terlihat sehingga membuat investor panik. Saat ini rupiah diperdagangkan pada level Rp 9.605 dan Rp 9.565.

“Kata kuncinya bagaimana mengembalikan dolar ke level Rp 9.200-9.300. Kalau itu terjadi, niscaya IHSG kembali positf,” urai Edwin.

Selain pelemahan rupiah, menurut Edwin, kejatuhan indeks juga dipicu tergerusnya bursa re­gional mengantisipasi persoalan perbankan Spanyol dan naiknya biaya pinjaman. Hal ini tercermin dari naiknya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Spanyol mendekati 7 persen. “Ini dikhawatirkan merembet ke Italia,” analisis Edwin.

Dalam transaksi valuta asing (valas) kemarin, rupiah berada di posisi Rp 9.575 per dolar AS. Adapun pada pagi ini rupiah berada di level Rp 9.550 atau menguat 50,00 poin (0,52 persen) dari perdagangan sebelumnya Rp 9.600. Saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 4.400 ke Rp 54.100, Astra Internasional (ASII) turun Rp 1.700 ke Rp 64.300, Bukit Asam (PTBA) turun Rp 950 ke Rp 15.000 dan Indomobil (IMAS) turun Rp 900 ke Rp 16.050.

Sebelumnya, BI yakin kebijakan instrumen Term Deposit (TD) valas akan membantu pasokan valas ke pasar domestik. Kebijakan Bank Sentral ini diyakini akan menormalkan posisi rupiah.

“Rangkaian kebijakan berikutnya akan keluar terkait penguatan pasar uang dan operasi mo­neter. TD valas itu baru satu dari yang berikutnya,” ujar Direktur Eksekutif Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Dody Budi Waluyo.

BI tidak menjelaskan apa saja kebijakan yang disiapkan nantinya. BI optimistis kebijakan instru­men TD valas akan membantu pasokan valas ke pasar domestik. Kebijakan tersebut juga terkait dengan kewajiban Devisa Hasil Ekspor (DHE) masuk ke perbankan domestik.

“Ini bukan karena respons reaktif dari pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini. Kami kan ada kebijakan DHE, yang perlu fasilitas atau outlet pendukung di pasar valas,” kata Dody

Ekonom senior Indef Didik J Rachbini meminta pemerintah mewaspadai kondisi neraca pemba­yaran (transaksi berjalan). Jika kondisi tidak dipantau, maka akan berpengaruh pada nilai tu­kar rupiah terhadap dolar AS.

Menurut Didik, besarnya impor barang saat ini pasti akan berpengaruh terhadap permintaan dolar AS. “Persoalannya, apakah pasar uang di dalam negeri cukup mampu menyediakan per­sediaan valas seperti dolar AS tersebut,” katanya.(hrm/rmol/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook