JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pendudukan Israel melahirkan berbagai pengekangan berlapis-lapis kepada Palestina. Termasuk dalam soal berbahasa.
Penulis Adania Shibli merasakan langsung bagaimana dia harus ”berbicara” dalam keheningan. Tapi, tetap saja karya-karya pemenang dua kali penghargaan Qattan Young Writer’s Award itu lantang berbicara.
”Kesunyian adalah bagian dari pengalaman orang-orang. Tapi, hilangnya kata-kata dan kegagapan juga menjadi peristiwa yang mendominasi,” tutur penulis 45 tahun itu dalam pidatonya di Taman Ismail Marzuki (TIM) tadi malam (20/8).
Pidato penulis Keep Your Eye on the Wall: Palestinian Landscapes itu menandai pembukaan Jakarta International Literary Festival (JILF). JILF berlangsung lima hari, 20-24 Agustus.
Festival tersebut dihadiri 55 penulis, 26 penerbit, dan 21 komunitas sastra. Mereka berasal dari berbagai negara dan benua.
Menurut Direktur JILF Yusi A. Pareanom, ide festival itu sejatinya digagas sejak tiga tahun lalu. ”Setelah merayu, meyakinkan, kadang agak mengancam juga, akhirnya bisa diselenggarakan,” ujar Yusi yang langsung disambut gelak tawa para undangan.
Dia berharap festival tersebut bisa menjadi pelebur sekat-sekat yang kerap menghantui dunia sastra. Mengenalkan novelis-novelis berbakat dari berbagai negara, termasuk Indonesia. ”Jadi kalau ditanya novelis Indonesia siapa, jawabannya bukan Pram (Pramoedya Ananta Toer) lagi, Pram lagi,” guyonnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal