Selama kiprahnya di Bumi Melayu itu, Sikari telah banyak menorehkan tinta emas. Itu terbukti melalui pameran-pameran tingkat lokal dan perlombaan internasional yang sering diikuti. Hal itu sebagai eksistensi karya nyata sebuah organisasi.
“Kita sering adakan pameran karya-karya kartunis di Riau maupun di luar daerah. Kemudian ada lomba-lomba tingkat internasional kami juga sering ikut berkontribusi, seperti lomba kartun Iran belum lama ini,” ungkap Faizin Eko.
Berazam Pekanbaru Sebagai Bandar Kartun
Eko dan kawan-kawan seniman kartun memiliki azam untuk menjadikan Kota Madani Pekanbaru ini sebagai bandar kartun di dalam negeri. Industri ekonomi kreatif yang ditopang bersama-sama ini juga merupakan ladang profesi yang menjanjikan. Apalagi kartun berpotensi menembus pasar dunia, didukung perkembangan teknologi informasi kini.
Selain pasar konvensional berupa media massa cetak dan elektronik yang masih tetap membutuhkannya hingga saat ini, beberapa situs daring juga membutuhkan secara langsung jasa-jasa para kartunis untuk memasok karya-karyanya. Tentunya karya tersebut dibanderol dengan nilai ekonomis.
Kembali lagi, wacana menjadikan Pekanbaru sebagai Bandar Kartun tadi bukanlah bualan semata, beragam upaya telah dilakukan Sikari dengan maksimal, seperti berulang-ulang menggelar Pekanbaru Bandar Kartun Festival (PBKF).
Tercatat, selama tahun 2018, wadah ini telah 7 kali melaksanakan iven PBKF di Pekanbaru. “Tahun 2020 ini kita wacanakan yang kedelapan. Kita mengazam Pekanbaru sebagai bandar kartun,” kata Eko, optimis.
Sebagai ketua wadah kartunis yang telah lama berkiprah, Eko Faizin juga memberikan tips kepada adik-adik yang baru memulai kreativitas di dunia visual ini agar selalu memiliki ide-ide baru dalam berkarya. “Ya sering-sering baca referensi, menggambar situasi update, merespon peristiwa,” katanya.
Selain itu, kumpul-kumpul dan sharing ilmu juga menjadi poin penting agar karyanya tidak stagnan di hal yang itu-itu saja.
“Ketemuan, diskusi, sering-sering sharing. Nanti akan muncul ide dan gagasan baru dalam membuat karya kartun,” tutupnya.(*1)
Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru