JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kekurangan gizi bisa menyebabkan beberapa efek atau dampak jangka panjang. Salah satunya anak tumbuh kerdil atau stunting hingga anemia.
Pencegahan dan pengurangan stunting merupakan prioritas kesehatan masyarakat di Indonesia dan kesehatan remaja menjadi bagian yang sangat penting. Data Kementerian Kesehatan, sebanyak 32 persen remaja di Indonesia menderita anemia. Ini artinya 1 dari 4 remaja putri berusia di atas 15 tahun menderita anemia.
Nutrition International, bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, Australia, dan Kanada, telah menyelesaikan program Pencegahan Anemia pada Remaja Putri-MITRA Youth. Program ini dijalankan di sepuluh kabupaten di provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. MITRA Youth menjangkau lebih dari 400 ribu remaja perempuan setiap tahun.
Ada solusi bagi remaja yang terkena dampak malnutrisi saat tumbuh kembangnya. Caranya melalui pemberian suplemen mingguan tablet tambah darah (TTD), dibarengi dengan pendidikan gizi untuk mencegah anemia.
“Memperbaiki gizi remaja menjadi kunci mengatasi stunting. Kami berkomitmen untuk meningkatkan status gizi remaja putri melalui pendidikan gizi seimbang dan pemberian suplemen TTD. Lalu meningkatkan pengetahuan remaja tentang gizi yang baik,” kata Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Dhian Probhoyekti, dalam webinar kemarin.
Menurutnya, cara terbaik memperbaiki gizi remaja adalah lewat pendampingan dan penerapan praktik terbaik lewat kearifan lokal demi mendukung upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia. Program pencegahan anemia lewat peningkatan rantai pasokan dan mekanisme pemberian suplemen TTD dinilai efektif.
Praktisi Gizi dari Country Director Nutrition International Sri Kusyuniati mengatakan untuk mencegah efek malnutrisi yang tidak dapat disembuhkan, pemilihan waktu sangatlah penting. Dia mengatakan setelah waktu krusial di masa kanak-kanak, masa remaja memberi kesempatan kedua untuk meningkatkan nutrisi, pertumbuhan dan perkembangan.
“Gizi yang baik pada masa remaja ini dapat mendorong pertumbuhan fisik dan mental yang optimal; memberikan remaja kekuatan dan fokus untuk belajar, bekerja, menangkal penyakit, dan berpartisipasi penuh di masyarakat,” kata Sri Kusyuniati.
Hal senada diungkapkan Health Unit Manager, Australian Embassy, Jakarta, Prudence Borthwick. Dia mengatakan upaya Indonesia dalam mengatasi malnutrisi menjadi kunci untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penduduk, serta memanfaatkan keuntungan populasi kaum muda demi mendorong pembangunan ekonomi. Intervensi dilakukan dengan pendekatan inovatif, mulai dari memastikan ketersediaan pasokan TTD lebih awal, hingga melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk mendistribusikanTTD, program ini berhasil menjangkau remaja, bahkan saat sekolah ditutup karena pembatasan sosial.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman