JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Drama Korea Moving baru saja melewati episode 10 dan 11. Dalam dua episode tersebut, Moving berfokus pada cerita masa lalu Jang Joo-won (Ryu Seung-ryong), seorang yang dijuluki sebagai monster lantaran tak bisa terluka meski diserang bagaimanapun.
Namun, di balik kekuatannya itu, Joo-won ternyata memiliki kekurangan yang tak diketahui orang lain. Yakni mengidap penyakit Klaustrofobia. Itulah kenapa dirinya selalu menyalakan televisi setiap saat dan membuka jendela kamar bahkan meski sedang musim dingin. Lantas, seperti apa itu Klaustrofobia? Berikut ulasannya dirangkum dari berbagai sumber.
Klaustrofobia merupakan penyakit di mana penderitanya tidak tahan dan tidak bisa berada di ruangan sempit atau tertutup. Penyakit itu akan menimbulkan perasaan cemas dan takut berlebihan, apabila penderita berada di situasi tersebut.
Secara fisik, penderita akan mengalami gejala seperti berkeringat, merasa pusing, kesulitan bernapas, tekanan darah naik, detak jantung tak beraturan, mulut menjadi kering, gemetar, bahkan sakit kepala dan mati rasa.
Gejala Klaustrofobia biasanya mencapai puncak dalam sepuluh menit. Namun, secara umum hal ini akan terjadi di rentang waktu lima sampai setengah jam.
Penyebab Klaustrofobia beragam, mulai dari internal hingga eksternal. Klaustrofobia bisa diidap seseorang yang orang tuanya memiliki riwayat penyakit serupa, jadi Klaustrofobia bisa menurun dari orang tua ke anak.
Klaustrofobia juga bisa disebabkan apabila seseorang menjadi korban kekerasan atau perundungan di masa silam. Selain itu, Klaustrofobia pun bisa muncul karena seseorang pernah terjebak di ruangan tertutup dalam waktu yang cukup lama.
Untuk mengatasi seseorang yang mengalami Klaustrofobia, dapat dilakukan beberapa cara di antaranya:
Flooding
Metode ini akan meminta penderita Klaustrofobia untuk cara tetap bertahan di ruangan sempit dan tertutup dalam beberapa waktu. Selain untuk melawan ketakutannya, metode itu juga untuk memberi tahu penderita bahwa tidak akan terjadi apa pun dalam ruangan tersebut. Sehingga penderita tak perlu mengkhawatirkan apapun.
Counter-conditioning
Metode counter-conditioning dilakukan dengan mengajarkan penderita Klaustrofobia teknik relaksasi dan visualisasi. Selain itu, penderita juga diberi pemahaman tentang faktor-faktor yang menyebabkan Klaustrofobia pada dirinya.
Penderita diminta untuk berkonsentrasi dengan teknik relaksasi, yang kemudian perlahan bisa mengatasi Klaustrofobia.
Modelling
Modelling dilakukan dengan memberi contoh kepada penderita, tentang bagaimana menghadapi dan mengatasi Klaustrofobia saat mendadak muncul. Setelah dicontohkan, penderita diminta untuk menirukan cara tersebut.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Metode CBT dilakukan dengan penderita yang diminta untuk mengubah pola pikir tentang Klaustrofobia. Penderita diajarkan tentang bagaimana mengatasi serangan panik Klaustrofobia saat berada di ruangan sempit dan tertutup.
Penggunaan Obat
Selain menggunakan metode-metode tersebut, penderita Klaustrofobia juga bisa mengonsumsi obat tertentu berdasar rekomendasi dan resep dokter. Biasanya obat yang diberikan adalah jenis obat antidepresan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman