JAKARTA (RIAUPOS.CO) - GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease merupakan kondisi ketika asam lambung naik dari perut menuju kerongkongan (refluks asam).
Gangguan kesehatan ini tentu akan mengganggu orang yang akan menjalankan ibadah puasa karena berkaitan dengan sistem cerna dan pengaturan jadwal makan yang berubah.
Untuk itu, penderita GERD tetap bisa menjalankan puasa Ramadan dengan aturan makan dan minum obat yang tepat. Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Dedy Sudrajat mengatakan bagi masyarakat yang memiliki gangguan kesehatan maag atau GERD diimbau mengkonsumsi obat pereda mendekati waktu imsak, sesaat setelah berbuka puasa, serta sebelum tidur.
“Dengan mengkonsumsi obat secara rutin dan memperhatikan segala makanan yang dikonsumsi beserta polanya, diharapkan puasa yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar,” katanya.
Sedangkan, untuk pengaturan porsi dan pola makan, dr. Dedy Sudrajat mengajurkan sebaiknya hindari makan berlebihan saat sahur dan berbuka puasa. Sebab dapat membuat lambung bekerja keras. Hindari pula konsumsi makanan yang mengandung asam, pedas, serta bersantan, karena akan merangsang asam lambung keluar lebih banyak.
“Kurangi juga makan makanan yang banyak mengandung gas seperti kubis/kol, sawi, nangka. Serta hindari pula minuman berkafein seperti kopi, teh, juga minuman bersoda,” ujarnya.
Saat berbuka, baiknya diawali dengan konsumsi makanan ringan dan setelah itu lanjutkan dengan makan besar. Ia pun menyarankan penderita GERD untuk tidur setelah 1-2 jam usai makan sahur atau buka puasa.
“Jika terpaksa harus tidur setelah makan, maka posisi tidur sebaiknya dalam posisi setengah duduk sehingga mengurangi kemungkinan refluks asam lambung,” ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman