(RIAUPOS.CO) - Saat ini, RSUD Telukkuantan membutuhkan suplai obat-obatan agar keselamatan pasien yang sedang berobat bisa mendapatkan pelayanan yang maksimal.
Selain dialami oleh pasien, minimnya stok obat juga dirasakan dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis yang bekerja di RSUD Telukkuantan ini. Ya, di antaranya adalah dr Fahdiansyah, dokter spesialis kandungan.
Ia menuturkan, akibat kekurangan obat-obatan tersebut membuat tugas mereka melayani pasien menjadi terbatas. Hal ini diakuinya, sering dirasakan. Misalnya untuk dokter kandungan, dalam bekerja, pihaknya harus menyelamatkan dua nyawa sekaligus, baik anak maupun ibu.
“Obat-obatan harus tersedia, tidak bisa ditunggu kalau sudah saatnya dioperasi. Kalau tidak dilayani bisa dituding mal praktek, namun kalau yang kita inginkan tidak ada bisa lumpuh, tidak bisa bekerja, untuk obat-obatan sudah mendesak, ini juga dirasakan dokter spesialis lainnya,” ujar dokter yang akrab disapa dr Ukup ini kepada wartawan, Rabu (24/2).
Dengan APBD Kuansing yang sedikit, disadarinya, kalau stok obat-obatan habis pada akhir tahun itu bisa dimaklumi. “Namun kalau bulan Maret sudah tidak ada, ya bagaimana bekerja, satu bulan beroperasi kemudian obat-obatan sudah tidak ada. Evaluasi perencanaan dan pengadaan agar stok tetap tersedia karena untuk obat-obatan sudah emergency,” katanya.
Dan begitu juga, katanya, dengan pelayanan terhadap pasien BPJS. Menurutnya, pemegang kartu BPJS tahunya berobat gratis. “Saat kita akan lakukan tindakan, kadang obat tidak ada, akhirnya kita minta keluarga mencari di apotik. Kondisi ini yang sulir. Dan kita minta masalah stok obat-obatan ini dibenahi, kasian pasien dan keluarga akibat stok yang kurang,” ujarnya.
Sementara itu, sebelumnya, Direktur RSUD Telukkuantan, dr David Oloan kepada wartawan mengakui, kalau kondisi stok obat yang minim ini. Hal ini menurutnya, tak terlepas dari sistem pengadaan obat-obatan e-Catalog yang membuat pihak RSUD cukup kesulitan memenuhi kebutuhan masyarakat terutama dalam penyediaan obat-obatan.
Dijelaskannya, sistem pengadaan obat-obatan e-catalog langsung dilakukan pusat. “Artinya, tender obat ini langsung pusat yang melakukan, kalaupun sudah obat tersebut masuk dalam e-catalog, tapi tidak ke luar di internet, obat tersebut tidak bisa dibeli. Dan alasannya langsung ditender pusat untuk meminimalisir terjadinya permainan dalam proses tender, tapi masyarakat kita juga yang jadi korban akibat proses pengadaan yang dilakukan pusat melalui e-catalog ini karena menyulitkan kita dalam membeli obat secara langsung,” jelasnya.(izl)