JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Rasa gatal pada area anus membuat seseorang tak nyaman. Menggaruk di depan umum, hingga rasa perih karena infeksi bisa mengganggu aktivitas. Ada berbagai macam penyebab anus terasa gatal, dari mulai infeksi jamur hingga penyakit menular seksual.
Jangan didiamkan, jika merasakan gejala seperti gatal, ruam, perih, panas, terbakar, atau bahkan sampai muncul benjolan dan kutil sebaiknya harus segera berkonsultasi ke dokter. Sebab segera diobati akan lebih baik penyembuhannya.
“Kalau sudah terasa gatal tak tertahankan dan sudah mengganggu atau berlangsung lama sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. Nanti dokter akan mendiagnosa dan mengobati sesuai hasil pemeriksaan,” tegas Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Denpasar, Bali, dr. Laksmi Duarsa kepada JawaPos.com baru-baru ini.
1. Tinea Cruris
Tinea Cruris adalah salah satu penyakit kulit yang bisa membuat anus terasa gatal. Kondisi ini disebabkan oleh organisme jamur yang biasanya tumbuh di daerah yang lembab. Misalnya memakai pakaian yang tidak higienis, saling bertukar pakaian, jarang mandi setelah beraktivitas, menyentuh orang terinfeksi, dan berbagu handuk.
“Itu menular, cepat menularnya. Jika menggaruk, bisa menularkan ke area lainnya,” kata dr. Laksmi.
Cara mengobatinya, jika memang terbukti Tinea Cruris, maka dapat diobati di rumah dengan krim anti jamur. Atau bisa juga meminum obat anti jamur oral.
“Tujuan obat anti jamur untuk mencegah infeksi jamur meluas dan berangsur hilang. Oleskan krim di luar tepi ruam,” katanya.
Lalu juga harus mandi secara teratur untuk memastikan kebersihan pribadi. Rajin keringkan area genital secara menyeluruh setelah mencuci. Kenakan pakaian yang longgar, berbahan katun. Hindari memakai pakaian yang ketat di bagian pangkal paha.
“Jangan berbagi handuk atau bertukar pakaian dengan orang lain,” katanya.
2. Jamur Candida
Jamur Candida bisa menyebabkan rasa gatal di area anus dan juga organ intim. Pengobatan infeksi candidiosis biasanya berupa obat topikal antijamur berbentuk krim untuk dioleskan pada kulit. Tujuan pemberian obat ini adalah untuk menghambat penyebaran infeksi dan membunuh jamur Candida.
“Dapat diberikan obat-obatan antijamur berbentuk oral,” kata dr. Laksmi. Beberapa golongan obat-obatan antifungal, baik topikal maupun oral yang dapat diberikan untuk mengobati infeksi jamur Candida. Misalnya dalam bentuk krim atau salep.
“Seperti antijamur yang dikemas dalam bentuk topikal sebagai krim oles,” tuturnya.
3. Jengger Ayam
Jengger ayam disebabkan oleh virus human papilloma (HPV) . Obat jengger ayam memiliki berbagai macam bentuk. Dari yang berbentuk cairan, krim atau gel.
Pengobatan pada penyakit Anda dapat diberikan obat-obatan baik bentuk salep hingga tindakan medis.
“Bisa dengan kauterisasi diberikan obat salep antibiotik, dan selama pengobatan jangan berhubungan seksual atau memakai kondom,” kata dr. Laksmi.
Apabila jengger ayam ukurannya sudah besar atau tidak menunjukkan kondisi yang membaik dengan obat, maka bisa tindakan medis berupa operasi. Misalnya dengan Cryotherapy, laser, bedah, dan elektrokauter.
“Cryo itu didinginkan atau membekukan dengan cairan nitrogen. Bisa dilakukan berkali-kali, atau dengan teknologi laser dan elektrokauter dengan metode arus listrik,” katanya.
Dia menegaskan penyakit ini memang tak bisa langsung sembuh dalam waktu cepat, membutuhkan waktu berbulan-bulan. Dan juga penyakit ini bisa kambuhan.
“Memang bisa kambuhan. 1-2 kali enggak cukup. Bisa ada yang 8 kali lebih diobati. Apalagi jika daya tahan tubuhnya menurun,” tandasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal