JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pola makan seseorang saat ini sering tak peduli dengan kandungam garam, gula dan lemak berlebihan. Padahal penyakit tak menular seperti diabetes dan hipertensi terus mengancam. Tak boleh konsumsi garam terlalu banyak dalam sehari, ada batasannya lho!
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. dr. Isman Firdaus, SpJP(K), FIHA yang juga Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menjelaskan berapa banyak batasan konsumsi garam sehari untuk mencegah hipertensi. Ternyata hanya 1 sendok teh sehari.
“Membatasi asupan garam, untuk mencegah hipertensi, dianjurkan untuk membatasi asupan garam paling banyak 5 gram sehari atau setara dengan 1 (satu) sendok teh,” ujar dr. Isman dalam keterangan resmi Yayasan Jantung Indonesia baru-baru ini.
Menurutnya, dari total jumlah pasien dengan penyakit jantung, sebanyak 70-75 persennya ternyata juga mengalami hipertensi. Selain selalu mengecek tekanan darah secara rutin, salah satu mencegah hipertensi juga bisa dilakukan dengan berbagai cara.
“Sebisa mungkin harus menumbuhkan kesadaran diri kita semua untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi dengan memodifikasi gaya hidup seperti rajin berolahraga juga membatasi asupan garam,” katanya.
Data YJI, jumlah penderita hipertensi di dunia tercatat terus meningkat setiap tahunnya. Satu dari tiga orang di dunia terdiagnosis hipertensi, dan hanya sebesar 36,8 persen di antara para penderita hipertensi yang mengkonsumsi obat.
Apabila dibiarkan, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada sebesar 1,5 miliar orang terkena hipertensi. Untuk saat ini, jumlah perkiraan penduduk dunia yang meninggal setiap tahun akibat hipertensi dan komplikasinya adalah sebesar 9,4 juta orang.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan. Stroke (51 persen) dan penyakit jantung koroner (45 persen) merupakan penyebab kematian tertinggi.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman