KEJIWAAN

Angka Bunuh Diri Tinggi, Ini Salah Satu Penyebabnya

Kesehatan | Minggu, 23 Oktober 2022 - 16:30 WIB

Angka Bunuh Diri Tinggi, Ini Salah Satu Penyebabnya
ILUSTRASI (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Angka bunuh diri di tanah air diprediksi 4 kali lipat lebih tinggi dari yang terlapor. Sayangnya ahli kesehatan mental di tanah air masih sangat kurang.

Sementara angka upaya bunuh diri mencapai tujuh hingga 24 kali lipat dari angka kematian akibat bunuh diri. Data itu diungkap Indonesian Association for Suicide Prevention (IASP).


Project Leader and Founder Emotional Health for All (EHFA) Sandersan Onie menyebutkan, jumlah tenaga kesehatan mental di Indonesia masih minim, yakni berkisar di angka 4.400 orang saja untuk 250 juta penduduk Indonesia. Sementara itu, permasalahan kesehatan mental di Indonesia dia sebut masih cukup tinggi.

“Di Indonesia untuk masyarakat sebesar 250 – 270 juta orang, kita hanya ada psikolog dan psikiater 4400 sampai 4500. Kalau kita mau Indonesia lebih sehat, harus bermulai dan berakhir dengan kita. Tidak bisa kita hanya bergantung dengan pemerintahan, dengan organisasi,” ujar Sandy, sapaannya kepada wartawan baru-baru ini.

President Indonesian Association for Suicide Prevention mengatakan ada juga angka upaya bunuh diri.

“Karena tidak semua orang yang melakukan upaya itu meninggal,” jelas dia.

Di media sosial, para ahli hingga influencer sebenarnya sudah mulai membagikan topik mengenai kesehatan mental. Tapi, kata dia, masyarakat cenderung mendiskriminasi dan mengucilkan orang yang mengalami gangguan kesehatan mental.

“Masih beredar stigma seseorang dengan gangguan kesehatan mental dianggap gila atau tidak waras,” jelasnya.

Akibatnya, keluarga dan korban dari gangguan kesehatan mental menjadi malu untuk mencari pertolongan profesional. Masyarakat juga masih menganggap kesehatan mental dan bunuh diri sebagai sesuatu yang tabu.

Masyarakat juga disebut masih memiliki kesalahpahaman mengenai kesehatan mental. Padahal kesehatan mental adalah aspek penting yang dapat mendorong produktivitas.

“Kesehatan mental dan bunuh diri berdampak besar pada ekonomi, dengan perkiraan biaya Rp 582 triliun per tahun dalam kematian dan hilangnya produktivitas. Sementara itu, kemajuan untuk penanganan kesehatan mental berjalan lambat,” katanya.

Artinya, kesehatan mental adalah sesuatu yang harus disadari oleh masyarakat agar dapat tetap hidup produktif. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental dan memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, pihaknya akan mengadakan Indonesia Mental Health Movement “It Starts and Ends with Us” pada 29 Oktober 2022 di The Kasablanka Hall.

“Kami mengajak masyarakat untuk mulai sadar akan pentingnya memprioritaskan kesehatan mental dan mawas diri. Sebab, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Kesehatan mental tidak mengenal usia, jenis kelamin, agama, ataupun status sosial,” katanya.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook