Muncul Dorongan Vaksinasi Keempat

Kesehatan | Rabu, 23 Maret 2022 - 11:56 WIB

Muncul Dorongan Vaksinasi Keempat
Ilustrasi Vaksinasi (DOK RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUPOS.CO)- Vaksin dua dosis masih belum cukup untuk melindungi tubuh dari penularan Covid-19 sehingga diperlukan booster atau dosis ketiga sebagai penguat. Namun, munculnya varian baru seperti Omicron dan kini ada gabungan dari Delta dan Omicron menjadi Deltacron, maka sejumlah ahli dunia mulai memikirkan adanya dosis vaksin keempat.

"Orang yang divaksinasi penuh akan memerlukan suntikan keempat nanti," menurut Kepala Pfizer Inc Albert Bourla seperti dilansir dari Market Watch, Selasa (22/3).


Ia mengatakan Covid-19 tidak akan hilang begitu saja pada tahun-tahun mendatang. Menurutnya, semua populasi harus belajar hidup bersama dengan virus. Dia mengatakan, dosis keempat yaitu booster kedua atau booster dari booster diperlukan sekarang. Booster ketiga dinilai tak cukup.

"Perlindungan yang Anda dapatkan dari dosis ketiga, cukup baik. Sebenarnya cukup baik untuk mencegah rawat inap dan kematian. Namun tidak terlalu bagus untuk melawan infeksi dan tidak bertahan lama," ungkapnya.

Booster kedua telah disetujui untuk beberapa orang dengan gangguan kekebalan. Bourla mengatakan dia mengharapkan booster Covid-19 menjadi vaksin tahunan, seperti suntikan flu.

Dia menambahkan bahwa Pfizer sedang mengerjakan vaksin yang menawarkan perlindungan yang lebih baik. Bourla mengharapkan data dari uji coba vaksin pada anak-anak di bawah usia 5 tahun akan siap pada bulan April.

Jika mereka terbukti berhasil dan disahkan, maka dosis pertama dalam kelompok usia itu bisa datang pada bulan Mei. Varian Covid-19 Deltacron untuk saat ini menggabungkan elemen varian Delta dan Omicron. Varian ini telah terdeteksi di beberapa negara Eropa.

Akan tetapi terlalu dini untuk mengatakan apakah itu lebih menular atau lebih mematikan daripada yang lain. Organisasi Kesehatan Dunia mengkonfirmasi varian tersebut telah ditemukan dalam jumlah kecil di Prancis, Belanda dan Denmark, seperti yang dilaporkan WebMD.

"Kami belum melihat perubahan epidemiologi dengan rekombinan ini. Kami belum melihat perubahan dalam tingkat keparahan. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang dilakukan," kata Pemimpin Teknis Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia Maria Van Kerkhove."Varian baru ini diperkirakan akan menyebar, makanya pandemi masih jauh dari selesai," tambahnya.(das)

Laporan JPG, Jakarta









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook