JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Semua obat-obatan yang berpotensi saat ini diberikan kepada para pasien Covid-19 demi langkah ikhtiar menyembuhkan. Sebab obat Covid-19 yang sesungguhnya memang belun ditemukan mengingat virus corona ini adalah virus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, China, sejak Desember 2019.
Ahli virus corona asal Korea Selatan mengatakan, untuk sementara pengobatan Covid-19 yang efektif harus terus dicoba sambil menunggu peneliti selesai mengembangkan vaksin. Saat ini peneliti memilih obat Remdesivir Gilead Sciences sebagai kandidat yang penuh harapan.
Peneliti dr Kim Woo Joo, yang memimpin ilmuwan Korea Selatan menghadapi virus Mers pada tahun 2015 mengatakan, dia tidak terlalu optimis tentang ketersediaan vaksin Covid-19 dalam 18 bulan ke depan. Namun, dia mengatakan bukti tentang efektivitas Remdesivir. Obat ini bersifat antivirus eksperimental yang dikembangkan untuk mengobati Ebola, AbbVie’s Kaletra, dan obat anti-HIV.
“Jika semuanya berjalan dengan baik, saya berharap bahwa efektivitas obat-obatan ini akan dibuktikan secara ilmiah dalam tiga sampai empat bulan,” kata Kim yang juga seorang profesor pakar penyakit menular di Rumah Sakit Guro University Korea seperti dilansir dari AsiaOne, Senin (20/4).
Kim menambahkan bahwa Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul dan Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS yang dipimpin oleh dr Anthony Fauci berkolaborasi untuk menguji Remdesivir.
Situs web berita kesehatan dan medis, Stat, melaporkan pada Kamis pekan lalu bahwa sebuah rumah sakit di Chicago menggunakan Remdesivir untuk mengobati pasien Covid-19 yang parah. Hasilnya tim medis melihat pemulihan yang cepat dalam gejala demam dan pernapasan yang lebih baik. Dan sebagian besar pasien keluar dari RS dalam seminggu.
University of Chicago Medicine menguji 125 pasien Covid-19 dalam uji klinis dua fase-3 Gilead dan memberi mereka infus Remdesivir setiap hari. Dari jumlah pasien tersebut, 113 memiliki gejala parah.
Kim mengatakan dirinya secara langsung terlibat dalam pengujian obat lain untuk mengobati Covid-19. Ada beberapa uji klinis yang sedang berlangsung untuk terapi ini. Dia juga menyebut klorofena, pengobatan malaria, sebagai kandidat lain yang penuh harapan.
Kim mengaitkan respons negaranya yang sukses setelah wabah Mers pada 2015. “Kami juga mengalami wabah influenza baru pada 2009 dan wabah Coronavirus Mers pada 2015, sehingga kami juga bisa mengatasi ini,” pungkas Kim penuh keyakinan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman