Risiko Osteoartritis Lebih Besar pada Perempuan Obesitas

Kesehatan | Selasa, 19 November 2019 - 22:20 WIB

Risiko Osteoartritis Lebih Besar pada Perempuan Obesitas
CEGAH SEBELUM TERJADI: Dokter Jeffry Andrianus SpOT (K) menunjuk kan sendi yang kerap diserang osteoartritis. (Kartika Sari/Jawa Pos)

(RIAUPOS.CO) -- Keluhan osteoartritis mendominasi kunjungan pasien di RS Al Irsyad. Sebanyak 60 persen pasien di poli ortopedi rumah sakit tersebut datang dengan penyakit degeneratif sendi. Keluhan itu paling banyak diidap perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki. Perbandingannya mencapai 4:1.

Dokter spesialis ortopedi dr Jeffry Andrianus SpOT (K) menjelaskan, risiko osteoartritis makin besar pada perempuan obesitas. "Berat badan yang melebihi indeks massa tubuh bisa membuat tulang yang menumpu berat badan mengalami peradangan. Yang paling banyak diserang adalah sendi lutut, pinggul, dan sendi engkel," terangnya kemarin (18/11).


Usia penderita osteoartritis di fasilitas kesehatan (faskes) tersebut kebanyakan di atas 50 tahun. Meski ada pula yang sudah mengalaminya di usia muda. Yaitu, 35 tahun. "Pasien itu ada trauma di sendinya karena kecelakaan," katanya.

Pasien osteoartritis di RS Al Irsyad, kata Jeffry, datang dengan berbagai kondisi. Mulai grade I hingga IV. Secara kasatmata, pasien dengan grade I terlihat seperti normal. Namun, ketika dirontgen, sudah ada peradangan di bagian sendi.

Osteoartritis grade awal biasanya hanya perlu terapi diet dan olahraga yang tepat. Belum membutuhkan obat. Jika masih stadium awal, kunci utama penyembuhan adalah mengatur asupan makanan yang seimbang dan ditunjang aktivitas fisik.

Olahraga berenang atau bersepeda bisa menjadi pilihan bagi pasien osteoartritis yang obesitas. "Olahraga itu bisa menguatkan otot paha dan betis," ucapnya. Apabila sudah sakit, lutut tidak boleh ditekuk 90 derajat. Sebab, hal itu akan semakin menggerus sendi.

Namun, jika sudah grade IV, pasien biasanya tidak bisa beraktivitas. Harus dilakukan operasi. Tindakan itu dilakukan dengan menambahkan prostesis pada sendi yang telah rusak. 
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook