Mengoreksi Mata Minus tanpa Bedah

Kesehatan | Selasa, 19 November 2019 - 12:45 WIB

Mengoreksi Mata Minus tanpa Bedah
FOKUS: Primadianti Purbandini sehari-hari mengenakan lensa kontak dan kacamata bergantian untuk mengatasi miopia yang dialaminya. (Imam Husein/Jawa Pos)

RIAUPOS.CO-Tidak semua penderita gangguan refraksi seperti miopia (rabun jauh) nyaman berkacamata kala beraktivitas. Kalau ingin lepas kacamata, ya operasi lasik. Rupanya, ada upaya menurunkan angka minus dengan ortokeratologi. Tanpa bedah, tapi pakai lensa kontak khusus.

DINA bergerak cepat setelah mendapatkan informasi dari pihak sekolah mengenai ketidakberesan penglihatan anaknya, Andra. Saat itu, pada 2017, buah hatinya yang berusia 4 tahun dikabarkan melihat tulisan dengan cara yang tak biasa. Memicingkan mata.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dia bergegas membawa Andra konsultasi dengan dokter spesialis mata anak. Setelah diperiksa, mata Andra minus 3,5. Dina sekaligus memeriksakan mata anak sulungnya, Dinda, 10. Hasilnya, minus 4,75 dan silinder 2. ”Setelah dapat saran dari teman yang anaknya pakai Ortho-K (ortokeratologi), aku lakukan buat anak,” ujarnya saat ditemui Jawa Pos di kawasan Jakarta Selatan kemarin siang (18/11).

Kali pertama memakai Ortho-K, dia sempat waswas. Pertanyaan pertama yang muncul di benaknya, apakah aman untuk buah hatinya? Pemakaian hari pertama, lanjut Dina, dirinya masih di samping anaknya. Mendampingi dan memantau pengaplikasian lensa kontak khusus tersebut.

Tidak membutuhkan waktu lama masa adaptasi dua anaknya. Sebab, Ortho-K mudah diaplikasikan. Mirip lensa kontak biasa. Setiap bulan Ortho-K disterilkan di RS tempatnya berobat supaya tetap optimal. ”Setelah disterilkan, tidak bisa dipakai langsung. Nunggu 12 jam dulu baru bisa dipakai kembali,” terangnya.

Setelah dua bulan pengaplikasian ortokeratologi, minus mata kedua anaknya berkurang. Untuk Andra, kata Dina, menjadi zero. Ukuran minus Dinda menjadi 2. ”Silindernya lupa nanya berapa. Tapi, yang jelas menurun sih,” imbuhnya.

DR dr Tri Rahayu SpM(K) FIACLE dalam diskusi mengenai ortokeratologi yang diadakan JEC, Jakarta, pada Rabu (13/11) menjelaskan, mata minus terjadi saat cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina. Beberapa opsi alat bantu untuk mata miopia, antara lain, kacamata berlensa minus, lensa kontak minus, bedah lasik, dan lensa Ortho-K.

Ortokeratologi menjadi salah satu opsi bagi pasien yang ingin lepas kacamata atau belum boleh menjalani bedah lasik. Sebab, syarat minimal usia pasien miopia yang ingin memakai Ortho-K adalah 6 tahun. Sementara itu, lasik baru bisa dilakukan ketika telah berumur 18 tahun.

Meski begitu, menurut spesialis mata itu, ortokeratologi tidak bisa menyembuhkan gangguan refraksi. Lensa tersebut hanya mengontrol supaya miopia atau astigmatisme tidak merangkak naik. Secara bentuk dan material, lensa Ortho-K berbeda dengan lensa kontak pada umumnya. Tri Rahayu menuturkan, Ortho-K cenderung lebih kaku. Kemudian, permukaannya berbentuk datar dan bagian samping lensa mancung.

Berkebalikan dengan softlens yang mesti dilepas ketika tidur, Ortho-K justru dikenakan saat tidur malam. Durasi penggunaan minimal delapan jam. ”Karena itu, pasien perlu memilih lensa Ortho-K yang hyper-oxygen transmissibility dan high durability,” tutur dokter yang juga menjadi ketua contact lens service Jakarta Eye Center.

Cara kerja Ortho-K simpel. Ketika mata terpejam, lensa menekan kornea. Saat bangun pagi, kornea masih dalam keadaan datar. Kondisi tersebut seperti mata yang baru saja dilasik. Karena kornea memiliki keterbatasan untuk didatarkan, ortokeratologi hanya dapat mengoreksi minus hingga 6 dan silinder 2,5. ”Misal, ada pasien minus 10. Dipakaikan Ortho-K, terkurangi 6 minusnya dong. Sisa minus menjadi 4. Pasien miopia boleh menggunakan kacamata dengan ukuran minus sisa setelah di-Ortho-K,” terang Tri Rahayu.

Saat durasi penggunaan tidak sampai delapan jam, kerja lensa spesial untuk mendatarkan kornea itu tidak maksimal. Demikian pula bila Ortho-K dipakai ketika beraktivitas. Sebab, ortokeratologi bekerja menekan kornea hanya ketika mata terpejam dalam posisi tiduran.

Pasien bisa menghentikan Ortho-K bila setelah pemakaian, misalnya tujuh hari pascapakai Ortho-K, ternyata minus atau silinder terkoreksi menjadi zero. Jika di kemudian hari penglihatan kabur, bisa konsultasi untuk memakai metode ortokeratologi lagi. Yang jelas, masa penggunaan Ortho-K hanya sampai empat tahun. Setelah itu, jika miopia atau astigmatisme terkoreksi berapa pun, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

APA ITU ORTOKERATOLOGI?

    Prosedur untuk memperbaiki kualitas penglihatan dilakukan tanpa membedah atau melaser mata.

    Pasien mengenakan lensa kontak khusus.

    Dapat bekerja untuk memperlambat progresivitas minus pada penggunanya.

    Relatif lebih efisien, aman, dan nyaman dibanding dengan penggunaan soft lens. ”Tapi, pilih lensa yang hyper-oxygen transmissibility dan high durability,” kata Tri Rahayu.

    Menghambat penambahan minus pada usia perkembangan. Terutama pada anak-anak. Untuk anak-anak, lasik tidak bisa ditempuh. Syarat minimal usia lasik adalah 18 tahun.

CARA APLIKASI ORTOKERATOLOGI

PAKAI

    Cuci tangan. Wajib. Karena tangan seseorang berpotensi menjadi penghubung kuman jahat. Meski ketika mengambil lensa menggunakan penjepit khusus, Anda tetap perlu mencuci tangan terlebih dahulu.

    Pemasangan ke mata juga memakai alat khusus. Anda perlu memposisikan lensa tepat di bagian hitam mata.

LEPAS

    Ambil lensa menggunakan alat khusus yang tersedia.

    Jangan letakkan lensa di sembarang tempat. Selain bakal merusak lensa, potensi ketidaksterilan pada lensa juga besar.

    Rendam lensa dengan cairan khusus di wadah yang telah disediakan. Ganti cairan rendaman setiap hari.

Editor : Deslina

Sumber: Jawapos.com









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook