WHASINGTON (RIAUPOS.CO) -- Virus yang menyebabkan penyakit corona (Covid-19) bersifat stabil selama beberapa jam hingga berhari-hari pada aerosol dan permukaan. Hal itu dinyatakan dalam sebuah penelitian baru yang diterbitkan pada Selasa (17/3) di The New England Journal of Medicine, sebuah jurnal medis terkemuka Amerika Serikat (AS).
Para ilmuwan menemukan bahwa coronavirus 2 sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV-2), virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, terdeteksi dalam aerosol hingga tiga jam, pada tembaga hingga empat jam, pada karton hingga 24 jam serta pada plastik dan baja antikarat hingga dua atau tiga hari.
Penelitian tersebut, yang dilakukan oleh Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health/NIH) AS, memberikan informasi penting tentang kestabilan SARS-CoV-2, dan menunjukkan bahwa manusia dapat terinfeksi virus itu melalui udara dan setelah menyentuh benda yang terkontaminasi.
Hasil studi itu dibagikan secara luas selama dua pekan terakhir, setelah para peneliti menempatkan konten tersebut pada sebuah server pracetak yang secara cepat membagikan data tersebut dengan rekan-rekan mereka.
Para ilmuwan NIH, dari fasilitas Montana di Rocky Mountain Laboratories di bawah naungan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, membandingkan bagaimana lingkungan memengaruhi SARS-CoV-2 dan SARS-CoV-1, virus yang menyebabkan SARS.
SARS-CoV-1 dimusnahkan dengan pelacakan kontak intensif dan tindakan isolasi kasus, dan tidak ada kasus yang terdeteksi sejak 2004. SARS-CoV-1 merupakan coronavirus manusia yang paling berkaitan dengan SARS-CoV-2, menurut penelitian itu.
Dalam studi kestabilan tersebut, kedua virus berperilaku serupa, namun sayangnya gagal menjelaskan mengapa Covid-19 menjadi wabah yang jauh lebih besar.
Penelitian itu mencoba meniru virus yang dititipkan dari orang yang terinfeksi ke permukaan benda sehari-hari di lingkungan rumah tangga atau rumah sakit, seperti melalui batuk atau menyentuh benda. Para ilmuwan kemudian menyelidiki berapa lama virus itu tetap bersifat menular pada permukaan benda-benda tersebut.
Penemuan itu menegaskan panduan dari para profesional kesehatan masyarakat untuk mengadopsi tindakan pencegahan yang mirip dengan influenza dan virus pernapasan lainnya guna mencegah penyebaran SARS-CoV-2, termasuk menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit, menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut, tinggal di rumah ketika merasa sakit, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan tisu, serta membersihkan dan mensterilkan benda dan permukaan yang sering disentuh.
Penelitian tersebut dilakukan bersama oleh para ilmuwan dari NIH, serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Universitas California, Los Angeles, dan Universitas Princeton.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal