‘’Saat anak saya menangis saya lihat cuma satu matanya yang berair, sedangkan mata yang satunya tidak. Untung ada saudara yang mengingatkan saya untuk menanyakan hal ini pada dokter, sehingga saya tahu anak saya mengalami bell’s palsy.’’
Pernyataan tersebut diungkapkan seorang ibu saat membawa anaknya menjalani terapi di tempat praktik Dr Melly M SpRM di Pekanbaru, beberapa waktu lalu. Setelah mengikuti beberapa kali terapi, putri kecil berusia sekitar dua tahun tersebut kembali sehat seperti tidak pernah ada masalah kesehatan yang bisa mengancam kecantikannya, setelah dewasa kelak.
Bell’s palsy atau facial palsy, menurut Ahli Rehabilitasi Medis Dr Melly M SpRM merupakan penyakit yang menyerang saraf perifer pada wajah, hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Kelainan saraf ini berkaitan dengan motorik wajah, termasuk mimik. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan saraf yang disebabkan oleh radang, penekanan, atau pembengkakan.
Walau umumnya penyakit ini lebih sering menyerang orang dewasa, tapi tidak tertutup kemungkinan dialami oleh anak-anak. Bell’s palsy bisa diketahui saat mereka menagis, karena cuma satu mata yang berair. Atau air mata terus mengalir tidak terkontrol dan sudut mata turun. Selain itu wajah menjadi tidak simetris, kehilangan reflek sehingga mata tidak bisa menutup, maupun rasa sakit pada bagian bawah telinga. Bell’s palsy juga menyebabkab sudut mulut turun, sulit bicara, serta kehilangan rasa pada bagian depan lidah dan mulut.
Upaya pertama yang dapat bunda lakukan jika sang buah hati mengalami gejala bells’ palsy adalah dengan mengunjungi doker anak, dokter saraf, serta ahli terapi medis. Biasanya, doter akan memberi obat disertai terapi fisik seperti memijat dan menggerakan otot wajah, agar bisa kembali normal seperti semula.
‘’Jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan wajah akan penyok atau miring permanen seperti terkena stroke, atau sulit bicara. Ada juga orang yang bibirnya miring ke salah satu sisi wajah. Karenanya segera hubungi dokter jika anak atau siapapun yang mengalami gejala seperti bell’s palsy’’ ujar Melly.
Diakuinya belum diketahui penyebab pasti serangan bell’s palsy. Diperkirakan penyakit ini disebabkan trauma lahir, penyakit tulang tengkorak, tumor atau radang, serta adanya tekanan di leher. Bahkan, anak dan orang dewasa bisa terkena bell’s palsy jika terus-tersan terpapar udara dari AC pada salah satu sisi wajah.
Pada anak-anak, bell’s palsy didahuli adanya infeksi saluran pernafasan atas yang disebabkan cuaca dingin. Gejala lainnya adalah rasa nyeri, pegal, dan rasa tidak enak pada telinga, yang diikuti gejala kelumpuhan pada otot wajah. Penyakit ini juga bisa diawali rasa tidak enak pada lidah, atau kehilangan rasa.
Menurut Melly, orangtua harus lebih waspada terhadap gejala sekecil apapun yang dialami anaknya. Terkadang kelainan yang semula dianggap kecil tidak tertutup kemungkinan menjadi bertambah parah atau permanen di kemudian hari. Selain ketidakwajaran pada wajah, orangtua jugar harus memperhatikan adanya kelainan pada anggota tubuh seperti kaki atau tangan.
‘’Banyak orangtua yang datang untuk menjalani terapi bagi anaknya setelah penyakit tersebut terlanjur parah. Padahal, jika ditangani sejak awal, kemungkinan untuk sembuh jauh lebih mudah dan cepat. Sekecil apapun kelainan yang dialami anak-anak, segera hubungi dokter anak yang lebih cepat mendiagnosa ada yang tidak beres dalam kesehatan setiap anak untuk mendapat pertolongan secepatnya,’’ tutur Melly yang setiap hari merawat banyak anak dengan kelainan pada anggota tubuh, baik karena kelainan bawaan maupun karena kelalaian dalam perawatan.
Bunda, sesibuk apapun kegiatan dan aktivitas kita setiap hari, jangan lalai untuk memperhatikan tumbuh kembang sang buah hati. Anak-anak umumnya tidak menyadari jika ada kelainan di tubunya, kwajiban kitalah untuk memperhatikan dan merawat mereka. Sebelum semuanya terlambat dan menyebabkan penyesalan di kemudian hari, jangan pernah abai terhadap segala yang berbeda dalam diri anak kita. (tie)