JAKARTA (RIAUPOS.CO) - RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, dikunci sementara (kuntara/lockdown). Karena itu, pasien yang sudah sembuh juga belum diperbolehkan pulang dari tempat ditemukannya kasus pertama varian Omicron di Indonesia tersebut.
Bagaimana dengan pasien baru? Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyatakan, masih ada kemungkinan. "Ada yang masih bisa masuk ke tower 4 dan 7. Namun, tidak ada yang keluar," kata Wiku kepada Jawa Pos (JPG), kemarin (17/12).
Sebelumnya, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen Suharyanto juga meminta para pasien yang baru keluar dari wisma atlet dalam rentang 14 hari terakhir untuk memantau kondisi masing-masing. Berdasarkan data dari Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I Kolonel Marinir Aris Mudian, tidak ada pertambahan jumlah pasien yang masuk ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran, kemarin. Dia menyebutkan, total pasien rawat inap di sana mencapai 116 orang.
"Ada 44 pasien pria dan 72 pasien wanita," terang dia.
Sesuai dengan arahan dari Satgas Penanganan Covid-19, untuk sementara RSDC Wisma Atlet Kemayoran memberlakukan kuntara selama tujuh hari terhitung sejak Kamis (16/12). Langkah itu dilakukan setelah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan seorang tenaga kebersihan di rumah sakit darurat Covid-19 tersebut terpapar Covid-19 varian Omicron.
Agak berbeda dengan Wiku, Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Kolonel Mintoro Sumego menjelaskan, selama kuntara, arus keluar masuk rumah sakit itu dihentikan. Artinya, tidak ada yang masuk, tidak ada yang keluar.
"Karena arahan dari pimpinan kami harus lockdown, kami pasti lockdown," ujar Mintoro.
Karena itu pula, pasien Covid-19 yang hendak masuk ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran dialihkan ke rumah sakit lain. Sementara, pasien RSDC Wisma Atlet Kemayoran yang sudah dinyatakan sembuh juga belum boleh pulang. Mereka harus menunggu sampai kuntara di RSDC wisma atlet selesai.
Selain menutup arus keluar masuk, pihaknya melakukan tracing atas pasien Covid-19 varian Omicron yang mereka rawat. "Tracing sesuai protap," tegasnya.
Sementara itu, mengenai kabar bahwa banyak hotel di Jakarta yang penuh untuk tempat karantina, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menuturkan bahwa saat ini kondisinya tidak demikian.
"Bukan penuh semua oleh karantina, tapi memang sementara suplai kamar yang bisa digunakan untuk karantina masih terbatas," ujar Maulana saat dihubungi JPG, malam tadi.
Terpisah, karena varian Omicron sudah masuk ke Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan vaksinasi anak-anak digencarkan. Orang tua diharapkan segera membawa buah hati mereka yang berusia 6–11 tahun untuk menerima vaksin Covid-19 tanpa melupakan vaksinasi biasa (rutin dan ulangan).
Selain itu, orang tua diimbau tidak mengajak anak-anak berlibur akhir tahun. Ketua Umum IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K) menjelaskan, pascavaksinasi, dibutuhkan waktu dua hingga tiga minggu agar antibodi di tubuh anak terbentuk. "Biasanya, kalau ada liburan bersama-sama, historisnya terjadi peningkatan kasus yang signifikan," jelas Piprim dalam media briefing vaksinasi anak kemarin.
Terkait dengan pemberian vaksin kepada anak, Piprim membenarkan adanya perubahan rekomendasi IDAI. Sebelumnya, anak disarankan mendapat vaksin Covid-19 dengan jeda waktu empat minggu dari imunisasi lain. Namun, kini rekomendasi itu berkurang menjadi dua minggu saja.
"Karena itu vaksin (dari virus yang, red) mati, tidak masalah jarak dua minggu dengan vaksin lainnya," jelas Piprim.
Hal tersebut dipertegas Ketua Satgas Imunisasi IDAI dr Hartono Gunardi SpA(K). Dengan jeda waktu yang lebih singkat ini, kesempatan anak menerima vaksin secara lengkap, baik vaksin biasa maupun vaksin Covid-19, dapat terpenuhi.(tau/syn/agf/deb/c14/ttg/jpg)