(RIAUPOS.CO) -- Susu kedelai adalah jenis susu berbahan dasar isolat protein kedelai (soya). Susu jenis ini sering dijadikan alternatif utama untuk si kecil yang alergi susu sapi.
Pasalnya, susu kedelai juga mengandung protein berkualitas tinggi dan diperkaya dengan berbagai vitamin maupun mineral yang mampu menunjang tumbuh kembang Si Kecil.
Kendati begitu, ada kabar yang menyebut bahwa susu kedelai sebaiknya tidak dikonsumsi oleh Si Kecil yang laki-laki karena bisa mengganggu sistem reproduksi. Lantas, bagaimana pandangan medis terkait hal ini?
Mengungkap kandungan gizi susu kedelai
Susu kedelai mengandung isolat protein kedelai yang berkualitas tinggi. Susu kedelai juga mengandung karbohidrat berjenis oligosakarida.
Jenis karbohidrat ini cukup baik untuk menunjang pertumbuhan bakteri baik di usus besar. Selain itu, kandungan protein dalam susu kedelai juga berkualitas tinggi dan terdiri dari ragam asam amino yang cukup lengkap.
Mengenai kandungan lemak, susu kedelai mengandung lebih banyak jenis lemak tidak jenuh. Beberapa di antaranya adalah omega-3 dan omega-6, yang terbukti bermanfaat untuk mengoptimalkan pertumbuhan otak anak. Kandungan lemak jenuh dalam susu kedelai juga sangat rendah bila dibandingkan dengan susu sapi.
Kandungan vitamin dan mineral pada susu kedelai juga tidak kalah lengkap dengan susu sapi. Lebih dari itu, terdapat pula suatu zat istimewa pada susu kedelai, yaitu isoflavon. Kandungan isoflavon dalam susu kedelai memiliki banyak manfaat, seperti antioksidan, antiradang, hingga antikanker. Isoflavon juga telah diteliti bermanfaat untuk kesehatan jantung dan mampu mencegah osteoporosis.
Susu kedelai bahaya untuk si Kecil yang laki-laki?
Kabar mengenai bahaya susu kedelai jika dikonsumsi si Kecil yang laki-laki dikaitkan dengan kandungan isoflavon di dalamnya. Terutama, susu pertumbuhan yang berbahan dasar kedelai, karena memiliki kadar isoflavon yang cukup tinggi.
Isoflavon itu sendiri tergolong sebagai fitoestrogen yang zat mirip dengan hormon estrogen pada tubuh wanita.
Secara lebih detail, susu berbahan dasar kedelai memiliki kandungan isoflavon seperti genistein dan daidzein dalam jumlah yang besar. Kedua zat ini memiliki struktur dan fungsi yang mirip dengan hormon steroid, yaitu 17-estradiol (estrogen). Karena berasal dari tumbuhan, zat tersebut diistilahkan sebagai fitoestrogen.
Kekhawatiran yang muncul adalah bahwa zat tersebut dapat menyebabkan perubahan perilaku maupun gangguan organ reproduksi pada laki-laki akibat kemiripannya dengan hormon wanita.
Tidak dimungkiri bahwa sebuah penelitian yang dilakukan terhadap hewan memang menunjukkan adanya fenomena tersebut. Zat mirip estrogen itu dipaparkan pada hewan-hewan di masa awal pertumbuhannya. Setelah beberapa saat, hewan-hewan yang terpapar fitoestrogen mengalami gangguan kembang biak (breeding problem).
Sayangnya, hingga saat ini temuan tersebut baru terbatas pada hewan saja. Dengan kata lain, fitoestrogen yang ada pada susu kedelai belum terbukti mampu menyebabkan gangguan fungsi reproduksi apabila diberikan pada si kecil yang laki-laki.
Pada dasarnya, penelitian terhadap hewan tidak bisa langsung diberlakukan pada manusia. Ini karena hewan dan manusia memiliki perbedaan anatomi dan fisiologi tubuh yang cukup signifikan.
Lagi pula, beberapa penelitian pada manusia yang menunjukkan efek negatif isoflavon pada tingkat kesuburan memiliki banyak kekurangan dan dianggap tidak sah.
Salah satu penelitian yang bersifat demikian pernah dilakukan oleh Department of Nutrition, Harvard School of Public Health pada tahun 2001 silam.
Berangkat dari situ, kesimpulan dari penelitian-penelitian serupa masih belum dapat dijadikan acuan, sebagaimana tertulis dalam suatu studi analisis berjudul “Soy and Health Update: Evaluation of the Clinical and Epidemiologic Literature”. Analisis ini dipublikasikan dalam jurnal Nutrients pada 2016.
Di sisi lain, penelitian yang sah dan telah disetujui oleh ahli kesehatan lainnya justru mendukung keamanan maupun manfaat dari asupan berbahan dasar kacang kedelai.
Oleh sebab itu, hingga saat ini badan kesehatan di seluruh dunia belum mengeluarkan peringatan untuk membatasi konsumsi susu berbahan dasar kedelai untuk laki-laki.
Apalagi, mengingat penelitian yang ada justru menunjukkan hal yang sebaliknya, bahwa makanan berbahan dasar kedelai baik untuk kesehatan manusia.
Pilihlah susu kedelai tepercaya
Penggunaan susu kedelai pada Si Kecil yang laki-laki tidak dilarang oleh BPOM dan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Selain itu, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa susu kedelai bisa menyebabkan hal negatif apabila dikonsumsi oleh Si Kecil yang laki-laki.
Kendati demikian, Bunda tetap harus jeli memilih susu kedelai untuk Si Kecil. Jangan sembarangan pilih, apalagi jika hanya berpatokan pada harga yang murah. Pilihlah susu kedelai dengan kandungan isolat protein kedelai (soya) di mana kadar fitoestrogen di dalamnya tidak terdeteksi jika dibandingkan susu kedelai biasa.(NB/RH/klikdokter)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal