Deja Vu, Simak Arti dan Penjelasan Ilmiahnya

Kesehatan | Minggu, 09 Oktober 2022 - 07:07 WIB

Deja Vu, Simak Arti dan Penjelasan Ilmiahnya
Ilustrasi, seseorang yang tengah deja vu. (DOK.JAWAPOS.COM)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Merasakan sesuatu seperti sudah pernah mengalami kejadian itu sebelumnya. Itulah deja vu. Siapa pun dapat mengalami kondisi deja vu.

Mereka yang mengalaminya akan menyadari bahwa itu lebih dari sekadar perasaan pernah melihat atau pernah melakukan sesuatu sebelumnya. Menurut New Scientist, fenomena ini telah lama membingungkan para filsuf, ahli saraf, dan penulis, yang masing-masing memberikan penjelasannya.


Sejak akhir 1800-an, banyak teori muncul di balik penyebab deja vu. Kondisi ini berasal dari bahasa Prancis berarti ‘sudah terlihat’.

Beberapa orang mengira itu mungkin berasal dari disfungsi mental atau masalah otak, sementara yang lain mengatakan itu adalah kejadian sementara dalam operasi normal memori manusia. Namun ilmu tentang fenomena tersebut belum sampai pada ranah ilmu pengetahuan sampai saat ini.

Bisakah Paranormal Menjelaskan Deja Vu?

Pada 2003, seorang ilmuwan bernama Alan Brown melakukan review terhadap semua penelitian yang telah dilakukan mengenai deja vu. Sebagian besar penelitian adalah tentang penjelasan paranormal atau supernatural dari fenomena tersebut, yang mengambil hal-hal seperti kehidupan lampau dan kemampuan psikis untuk menjelaskan mengapa orang mengalaminya.

Di sisi lain, ia juga mengutip beberapa penelitian yang mensurvei publik tentang pengalaman deja vu mereka. Brown mengumpulkan beberapa temuan dasar dari studi ini dan mempresentasikan wawasannya.

Misalnya, dia menulis bahwa sekitar dua pertiga orang pernah mengalami deja vu di beberapa titik dalam hidup mereka. Dia mengatakan bahwa adegan atau tempat tertentu dan percakapan dapat memicu deja vu. Brown juga melaporkan petunjuk literatur medis, seperti kejang otak, yang mungkin terkait dengan fenomena tersebut.

Memahami Deja Vu Melalui Hipotesis Keakraban Gestalt

Anne Cleary, seorang profesor di Departemen Psikologi di Colorado State University, menulis dalam sebuah artikel di The Conversation tentang karyanya tentang deja vu. Terinspirasi oleh karya Brown, dia dan tim penelitinya mulai melakukan eksperimen yang menguji hipotesis hampir seabad yang menunjukkan bahwa deja vu dapat terjadi ketika seseorang merasakan kemiripan spasial antara adegan saat ini dan ingatan yang tidak diingat.

Psikolog menyebutnya hipotesis keakraban Gestalt. Apa itu? Ia mengatakan hal ini bisa terjadi ketika seseorang merasakan keakraban dengan suatu tempat meski belum pernah ke sana sebelumnya. Alasannya mungkin karena tata letak adegan, seperti furnitur dan benda-benda di dalam ruang, memiliki tata letak yang sama dengan ruang yang berbeda yang dialami dalam adegan yang berbeda.

Hipotesis keakraban Gestalt menyatakan bahwa jika situasi sebelumnya dengan tata letak yang mirip dengan pikiran saat ini tidak muncul di benak, maka akan meninggalkan perasaan keakraban yang kuat dengan situasi saat ini. Cleary dan timnya bereksperimen di laboratoriumnya menggunakan realitas virtual untuk menempatkan orang dalam adegan yang memungkinkan mereka memanipulasi lingkungan mereka. Beberapa tempat berbagi tata letak yang sama, dan beberapa memiliki gaya yang berbeda.

Di akhir percobaan, mereka menemukan bahwa deja vu mungkin terjadi ketika orang-orang berada dalam pemandangan dengan pengaturan ruang yang mirip dengan ilmu sebelumnya yang tidak dapat mereka ingat. Temuan mereka menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap deja vu bisa menjadi kemiripan spasial dari adegan baru ke memori tetapi gagal untuk mengingatnya secara sadar.

Akan tetapi, mereka mencatat bahwa mungkin ada faktor lain yang belum ditemukan dan dibuktikan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki faktor-faktor lain yang mungkin berperan dalam fenomena ini.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook