JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pemeriksaan spesimen pasien Covid-19 yang paling akurat adalah dengan menggunakan metode swab PCR. Hanya saja, masa tunggu hasil pemeriksaan spesimen tersebut kerap butuh waktu berhari-hari. Terinspirasi dari tantangan itu, peneliti mengembangkan metode akurat untuk mengidentifikasi individu yang terinfeksi.
Tentunya agar mereka dan siapa pun yang berpotensi menyebarkan virus Korona dapat cepat terdeteksi dan segera diisolasi. Itu dalam rangka mencegah penyebaran virus lebih lanjut.
Teranyar, peneliti Omar Abudayyeh, seorang bioteknologi di MIT (Massachusetts Institute of Technology), Amerika Serikat, menemukan terobosan baru terkait uji Covid-19. Dilansir dafi Science News, Abudayyeh adalah salah satu dari banyak peneliti bersama perusahaan yang berlomba untuk mengembangkan jenis tes diagnostik baru dan lebih cepat serta menghindari laboratorium klinis. Beberapa dari tes ini menyelesaikan analisis di mesin all-in-one portabel untuk dipasang di sekolah, panti jompo, dan kantor.
Beberapa perusahaan sedang mengembangkan tes seperti ini yang dapat mendiagnosis Covid-19 dalam 30 menit atau kurang, dengan tingkat akurasi yang sebanding dengan tes laboratorium. Yang lain memanfaatkan kekuatan gen CRISPR untuk memberikan hasil yang cepat.
“Jika Anda memiliki keterlambatan 14 hari untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar sakit dan menular, maka mereka akan berinteraksi dengan lebih banyak. Lain halnya jika bisa diketahui lebih cepat,” kata Omar Abudayyeh.
Seperti Test Pack Alat Uji Kehamilan
Ada juga tes lain, yang dibuat oleh Abbott Laboratories dan sudah diberikan izin otorisasi penggunaan darurat oleh Food and Drug Administration AS pada 26 Agustus. Alat itu bekerja lebih seperti tes kehamilan. Yang dibutuhkan hanyalah kartu tes seukuran kartu kredit, beberapa tetes larutan reaksi dan sampel dari usap hidung. Dalam 15 menit, dua baris muncul di kartu jika sampel mengandung virus, satu baris muncul jika tidak.
Tes Abbott Laboratories yang diberikan otorisasi penggunaan darurat 26 Agustus juga merupakan tes antigen dan dengan teknologi berbasis kartu, bahkan lebih sederhana. Abbott mengatakan tesnya mampu mendeteksi 34 dari 35 pasien positif Covid-19 dengan gejala, atau 97 persen dalam studi awal.
PCR jadi Standar
Standar WHO selama ini untuk pengujian pasien Covid-19 yang akurat adalah PCR, atau reaksi berantai polimerase, yang dapat mendeteksi bahkan sejumlah materi kecil genetik virus, RNA. Tes ini membutuhkan pengumpulan RNA virus langsung dari pasien, biasanya dikumpulkan menggunakan kapas yang dimasukkan jauh ke dalam rongga hidung.
Kekurangan tes PCR adalah rasa tak nyaman pada orang yang harus diusap. Beberapa orang merasa hidung dan tenggorokannya tidak nyaman, sehingga tes laboratorium lain telah dikembangkan yang mengandalkan sampel yang kurang invasif.
Pada 15 Agustus, FDA juga mengesahkan tes berbasis air liur, SalivaDirect, untuk penggunaan darurat. Ini bukan tes pertama untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 dalam air liur, yang lebih mudah dikumpulkan daripada sampel dari saluran hidung. Tetapi protokolnya yang disederhanakan mempercepat persiapan sampel dan melewati persediaan pengujian yang kekurangan pasokan dalam beberapa bulan terakhir.
SalivaDirect, bagaimanapun bukanlah tes cepat. Tapi masih membutuhkan pemrosesan oleh laboratorium klinis, yang berkontribusi pada waktu tunggu antara memberikan sampel dan menerima hasil. PCR menguji antigen, sedangkan rapid test menguji antibodi.
Jangan bingung antara tes antigen dengan tes antibodi yang mendeteksi antibodi yang dikembangkan seseorang sebagai respons terhadap infeksi. Sama seperti tes kehamilan, tes antigen Covid-19 menggunakan antibodi untuk mendeteksi protein virus dan memberikan jawaban ya atau tidak.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman