MEDAN (RP) - Dokter spesialis dan konsultan penyakit tropik dan infeksi, Dr Umar Zein SpPD, KPTI memperkirakan, 10 persen pasien yang dirawat di Rumah Sakit (RS), khususnya pasien pasca operasi yang memakai alat seperti kateter, infus, selang untuk makan dan di ruang ICU rentan terkena infeksi nosokomial.
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat/rumah sakit. Jadi, infeksi nososkomial dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di rumah sakit.
Menurut Umar Zein, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi itu adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit.
Bahkan, selama 10-20 tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari masalah utama meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial dan di beberapa negara, kondisinya justru sangat memprihatinkan.
Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal akibat resistensi kuman, serta penggunaan jasa di luar rumah sakit. Karena itu di negara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien di rumah sakit.
“Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kodisi rumah sakit,” paparnya seperti diberitakan Sumut Pos (Grup JPNN).
Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian bagi pasien.
Untuk menghindari nosokomial, lanjutnya, RS harus menggunakan alat dan ruangan yang steril, begitu juga tindakan dan ruangan yang dijaga tetap steril, memetakan kuman dan membatasi orang yang masuk atau berkunjung.
Memiliki ventilasi udara yang baik, pintu yang tertutup, untuk di ruangan ICU dan memakai baju yang steril.
“Untuk pencegahannya, rumah sakit harus mempunyai tim pengendalian infeksi yang secara reguler mengontrol di kamar bedah dan ruangan,” sarannya.
Selain itu, lanjutnya, RS juga harus mengatur jam berkunjung, menjaga pasien terutama di ICU atau ruangan yang rentan terkena infeksi nosokomial. Sedangkan penanganan RS yang ada di Sumut, lanjutnya, belum maksimal, belum berfungsi secara baik karena fasilitas laboratorium dan keahlian.
"Kalau di Sumut, belum maksimal penanganannya, mungkin karena fasilitas lab dan ahli kita yang terbatas," katanya.
Menanggapi hal ini, Direktur RSUD Dr Pirngadi Medan dr Amran Lubis SpJP (K) mengatakan, infeksi nosokomial ini memang akan selalu ada di rumah sakit. Namun agar pasien dapat terhindar dari infeksi ini, sistem kebersihan harus dijaga.
Di RSUD dr Pirngadi Medan, sistem hand scrub atau pembersihan tangan sebelum atau sesudah melakukan pemeriksaan bagi para dokter dan perawat sudah diterapkan. "Di tempat kita, semua ruangan perawatan dilengkapi hand scrub (pembersih tangan), yakni antiseptic yang telah diracik," ujarnya.
Selain itu, sambungnya, manajemen rumah sakit juga melakukan pengendalian sampah medis seperti sampah jarum suntik yang langsung dimasukkan ke tempat pembuangannya yang tersendiri. Bahan-bahan yang digunakan untuk perawatan dan pengobatan pasien juga sudah ditingkatkan agar lebih steril. "Tindakan-tindakan medik yang mencegah infeksi nosokomial juga sudah dilengkapi," ujarnya.
Menurut Amran, tingkat infeksi nosokomial di Indonesia memang tergolong tinggi, atau sekitar 30 persen dari keseluruhan infeksi. Namun dia mengakui, RSUD dr Pirngadi belum melakukan perhitungan dan penelitian tersendiri tentang kasus ini. Manajemen hanya melakukan langkah antisipasi saja.
"Kita hanya mewaspadai tempat-tempat yang rentan nosokomial ini, seperti di kamar bedah atau ruang rawat intensif yang dilengkapi dengan alat sterilisasi ultra violet untuk memeriksa kuman," ujarnya.
Sementara itu, pengamat kesehatan Destanul Aulia mengungkapkan, rumah sakit di Kota Medan memang belum optimal dalam menanganan nosokomial. Namun, dalam beberapa tahun ini, langkah yang dilakukan sudah mulai membaik, seperti yang dilakukan RSUD dr Pirngadi.
"Antisipasi ini paling penting dibuat di ruang operasi, karena infeksi nosokomial ini sangat rentan di ruang operasi. Selain itu, setiap ruangan harus memiliki ventilasi udara yang memadai. Sehingga infeksi bisa dihindarkan," ujarnya. (mag-13/rpg)