JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sejumlah ilmuwan China sempat mengungkapkan bahwa virus corona bisa menular lewat mata. Kini penelitian itu dibahas kembali. Sebab ternyata ada 32 persen pasien Covid-19 mengalami masalah konjungtivitis atau lebih dikenal sebagai mata merah muda (iritasi).
Konjungtivitis adalah gejala virus corona langka yang bisa dialami pasien. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 31 Maret dalam jurnal medis online JAMA Ophthalmology, telah dilaporkan ada kelompok yang terdiri dari 38 pasien yang diamati. Mereka dirawat di rumah sakit di Provinsi Hubei, China. Dan dari semuanya yang dinyatakan positif Covid-19, mengalami konjungtivitis sebanyak 12 orang atau 32 persen. Dan itu paling jelas dan parah pada pasien yang paling terpapar. Semakin parah infeksi pasien, semakin besar kemungkinan dia juga akan memiliki mata merah muda.
Seorang Profesor Epidemiologi dan Kesehatan Internasional di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Baltimore, Dr Alfred Sommer, menerbitkan sebuah kolom yang menyertai penelitian tersebut. Menurutnya penelitian itu bisa menjadi alarm untuk waspada.
“Ini adalah peringatan bagi orang-orang bahwa konjungtiva dapat menjadi sumber infeksi yang mungkin menyebar ke orang lain,” sebut Dr Alfred Sommer seperti dilansir dari AsiaOne, Selasa (7/4).
Konjungtiva adalah lapisan jaringan transparan dan tipis yang melapisi kelopak mata bagian dalam dan menutupi bagian putih mata. Sederhananya, Covid-19 memiliki kemampuan untuk menyebar melalui cairan tubuh dalam bentuk air mata orang.
“Dan dapat menyebar saat dokter memeriksa mata pasien. Atau bahkan seseorang menggosok mata mereka, mendapatkan Coronavirus di jari-jari mereka dan kemudian menyentuh orang lain lewat tangan,” tambah Sommer.
Dia lebih lanjut meminta setiap pemeriksaan mata di fasilitas kesehatan atau di optik, sebaiknya ditunda sampai situasi pandemi stabil. Dengan pengecualian keadaan darurat yang dapat mempengaruhi penglihatan dan yang akan membutuhkan perawatan segera.
“Orang-orang dapat menunggu satu atau dua bulan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin,” kata Sommer. “Anda bisa mendapatkan kacamata baru yang diresepkan kapan saja, Anda tidak harus melakukan itu di tengah epidemi,” jelasnya.
“Ini sangat penting bagi kita untuk berlatih agar tidak menciptakan rute penularan lain yang potensial, karena mata sekarang dianggap sebagai titik masuk bagi virus Korona untuk menginfeksi seseorang, di samping titik-titik yang sebelumnya diketahui seperti hidung dan mulut,” tambahnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) telah memperingatkan orang-orang agar tidak menyentuh mata mereka secara khusus tanpa terlebih dahulu mencuci tangan dengan benar, dengan sabun dan air atau antiseptik berbasis alkohol.
Pemakai lensa kontak juga diminta untuk beralih ke kacamata untuk sementara waktu untuk mencegah sentuhan mata yang tidak perlu.
Temuan ini masih awal, dan para dokter yang menerbitkan penelitian mencatat bahwa mata merah adalah gejala yang jarang dibandingkan dengan gejala lain seperti batuk kering, demam, dan sesak napas. Salah satu dokter spesialis mata di Rumah Sakit Mata, Telinga dan Tenggorokan Manhattan, dr Prachi Dua, mencatat bahwa saat ini tanda konjungtivitis, termasuk kemerahan pada mata, pembengkakan dan sobekan, harus segera diperiksa untuk memudahkan diagnosis dan pencegahan yang tepat.
“Meski konjungtivitis adalah manifestasi yang jarang dari penyakit ini, kita harus mengambil semua tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah konjungtivitis, termasuk sering mencuci tangan,” kata dr. Prachi Dua.
“Pasien dan dokter harus menyadari bahwa Covid-19 dapat menunjukkan gejala dengan mata merah, bengkak, dan sobek. Pasien-pasien ini harus mencari perawatan yang tepat untuk diagnosis dan pencegahan penularan yang tepat,” tegasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman