JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kulit gatal dan kemerahan hingga biduran mungkin pertanda alergi. Tapi tahukah Anda, bahwa alergi tak hanya berupa gatal-gatal pada kulit? Sebab alergi juga bisa terjadi pada sisten pernapasan.
Para pejuang alergi seringkali merasa tak nyaman dan terganggu saat alerginya kambuh. Maka sebaiknya mereka harus mengetahui apa alergen atau pemicu alergi tersebut.
“Seperti yang kita ketahui pengobatan yang tepat meningkatkan kualitas hidup pasien, tidak hanya lewat penyediaan akses tetapi juga aktif memberikan edukasi terkait alergi kepada masyarakat,” kata Jeff Lai, Country Division Head Pharmaceuticals Bayer Indonesia melalui Incidal-OD secara virtual, Kamis (6/10/2022).
Alergi merupakan suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat asing pemicu alergi. Zat-zat asing tersebut disebut dengan alergen.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, mengatakan kekebalan tubuh atau antibodi menyerang apapun yang menurutnya dapat membahayakan tubuh, termasuk alergen. Namun reaksinya kadang berlebihan dan malah menimbulkan hal-hal kurang nyaman bagi penderitanya.
“Alergi merupakan hal yang sering ditemukan pada pasien. Ada beberapa cara alergen masuk ke dalam tubuh,” jelasnya.
Penyebab Alergi, Gejala, dan Jenisnya
Alergi disebabkan oleh alergen. Terjadinya lewat inhalan (saluran napas), ingestan (saluran cerna), injektan (suntikan) dan kontak langsung dengan kulit. Respons pada alergi bisa berbeda-beda, tergantung dari sumber alergen dan bagaimana cara alergen itu masuk ke tubuh.
Reaksi alergi yang umum dijumpai, tambahnya, bisa berupa alergi kulit seperti urtikaria atau biduran dan alergi pernafasan berupa rinitis alergi. Prof. Iris menambahkan, gejala atau reaksi alergi memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari yang umum sampai yang parah (anafilaksis). Reaksi umum alergi bisa berupa bersin dan hidung gatal, berair atau tersumbat (rinitis alergi); mata gatal, merah, berair (konjungtivitis); sesak napas dan batuk; ruam merah yang menonjol dan gatal; bibir, lidah, mata atau wajah bengkak; sakit perut, merasa sakit, muntah atau diare; kulit kering, merah dan pecah-pecah.
Di Indonesia, angka kejadian alergi berkisar antara 20-64 persen. Laporan Omnibus survey yang dilakukan Nielson di tahun 2005 mencatat gejala alergi yang umum dijumpai berupa alergi kulit dan rinitis alergi yang mencapai 24 persen. Insidensi dermatitis atopi di Indonesia di angka 23,67 persen. Urtikaria dan rinitis alergi merupakan penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan riwayat keluarga atopik positif sebesar 60,79 persen.
Maka dari itu, manajemen alergi yang tepat sejak dini sangat dibutuhkan. Salah satu bentuknya dapat dilakukan sendiri yaitu dengan mengubah gaya hidup.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Eka G Putra