JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Kementerian Komunikasi dan Informatika mengklaim bahwa selama dua minggu terakhir, sebaran konten hoaks dan disinformasi mengenai penyebaran virus corona atau Novel Coronavirus (2019-nCoV) di Indonesia meningkat. Sampai saat ini, dikatakan ada 54 hoaks dan disinformasi terkait virus corona yang telah ditangani oleh Kemenkominfo dengan diberikan label atau stempel ‘Hoaks’ dan ‘Disinformasi’.
Menkominfo Johnny G Plate di Jakarta, Senin (3/2) menyebut temuan 54 konten hoaks dan disinformasi terkait virus corona paling banyak beredar di platform perpesanan instan WhatsApp. Informasi dengan cepat menyebar ke platform media sosial (medsos) lain dan dikonsumsi mentah-mentah oleh masyarakat.
“Kita sampaikan secara persuasif, sudah, jangan, stop, tetapi malah tambah terus. Makanya kita kasih stempel hoaks dan disinformasi. Kita sebarkan, para media juga sebarkan. Kalau berulang-ulang terus akan ada penegakan hukum oleh aparat lebih lanjut,” ujar Johnny dalam sebuah sesi media terkait virus corona.
Johnny melanjutkan, hoaks dan disinformasi paling banyak ditemukan di WhatsApp. “Penyebaran yang paling besar melalui WhatsApp, diteruskan lagi dan bisa menjangkau lebih banyak masyarakat. Dari 54 temuan hoaks ini bisa jutaan orang yang mengikuti dan terpengaruh dari informasi yang salah dan informasi yang bohong. Ini jangan sampai, merugikan,” tegasnya.
Politikus Partai Nasdem itu juga menyebutkan kalau hasil monitoring lalu lintas percakapan media sosial berkaitan dengan virus corona cenderung meningkat. Tiga hari yang lalu menurutnya hanya ada 36 konten terkait hoaks dan disinformasi virus corona yang menyebar di masyarakat.
Kendati menemukan banyak konten hoaks, Johnny menyebut belum akan ada upaya hukum terhadap akun-akun yang menyebarkan hoaks dan disinformasi terkait dengan virus corona. Dirinya juga menampik kalau pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo kecolongan atas beredarnya hoaks dan disinformasi terkait virus corona yang menjadi masalah global dan tak bisa ditangani peredaran informasinya sejak awal.
“Tidak terlambat (penanganan peredaran hoaks dan disinformasi) yang bergerak lebih dulu itu hoaksnya. Pengambilan keputusan kan dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Kenapa tidak dilakukan takedown akun penyebar hoaks? Kalau terkait medisnya kita pasti takedown, tapi ini kan terkait penyebaran informasi bohongnya, masih bisa kita lakukan persuasi,” tandasnya.
Sementara untuk hoaks dan disinformasi yang ditemukan Kemenkominfo dan telah dilabeli dengan stempel ‘Hoaks’ dan ‘Disinformasi’ beberapa di antaranya adalah kurma yang harus dicuci bersih karena mengandung virus corona yang berasal dari kelalawar. Selain itu ada juga hoaks yang menyebut kalau virus corona dapat dicegah dengan rutin minum air dan menjaga tenggorokan tetap lembab dan penyembuhannya dengan bawang putih, virus corona telah hadir di sejumlah kota, dan banyak lagi.
Sementara untuk disinformasi, beberapa yang viral di antaranya adalah penumpang meninggal karena virus corona di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Kemudian, terkait dengan disinformasi virus corona juga ada yang terkait dengan beredarnya video detik-detik warga terserang virus corona di pusat perbelanjaan di Lombok, NTB.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman