JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Teknologi kesehatan berbasis genomik di Indonesia semakin berkembang. Bahkan penggunaannya juga kian banyak. Mulai dari deteksi penyakit kanker sampai dengan penentuan terapi serta obat yang tepat bagi pasien.
Perkembangan teknologi kesehatan berbasis genomik itu disampaikan Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalucia. Dia bahkan menjelaskan sudah dibentuk ekosistem Biomedical and Genome Science Initiative (BGSI) sebagai ekosistem riset dan inovasi genomic di Indonesia.
’’Sebetulnya kita tidak menghitung jumlahnya (inovasi layanan kesehatan berbasis genomik),’’ kata Rizka di konferensi Asosiasi Genomik Indonesia (AGI) di Jakarta pada Sabtu (30/9).
Dia hanya menjelaskan beberapa contoh layanan kesehatan berbasis genomik yang sudah bisa diakses masyarakat. Seperti yang dilakukan di RS Kanker Dharmais Jakarta.
Di rumah sakit vertikal Kemenkes itu, layanan kesehatan berbasis genomik di antaranya untuk diagnosis penyakit atau jenis kanker yang diderita pasien. Selain itu layanan kesehatan berbasis genomik juga dilakukan untuk pemilihan jenis terapi bagi pasien. Bahkan layanan kesehatan berbasis genomik juga digunakan untuk pemilihan obat yang tepat untuk pasien.
’’Contohnya apakah pasien kanker payudara bisa diterapi dengan hormon apa tidak,’’ tuturnya.
Kemudian ketepatan memilih obat juga penting. Pasalnya, kata Rizka, ada pasien yang resisten dengan obat tertentu. Sehingga konsumsi obat tersebut kebal atau tidak menghasilkan manfaat yang diinginkan. Bahkan ada pasien yang cenderung alergi dengan obat tertentu.
Rizka mencontohkan secara umum atau sekitar 80 persen pasien mengkonsumsi obat parasetamol bisa hilang rasa sakitnya. Tetapi ada juga pasien yang rasa sakitnya tidak hilang meskipun sudah mengkonsumsi obat parasetamol. Atau bahkan ada pasien yang alergi atau muncul efek samping ketika mengkonsumsi parasetamol.
Dia mengatakan penggunaan teknologi pengobatan berbasis genomik sangat besar manfaatnya. Tetapi dia menegaskan dari sisi pemerintah, pengobatan berbasis genomik belum masuk dalam layanan yang bisa dicover oleh BPJS Kesehatan. Pemerintah masih melakukan kajian dari banyak aspek, sebelum memutuskan layanan kesehatan berbasis genomik tersebut bisa masuk dalam layanan BPJS Kesehatan.
Pada kesempatan yang sama inisiator AGI Ivan R. Sini menjelaskan pemanfaatan teknologi genomik sangat luas. Tidak terbatas pada pelayanan kesehatan yang lebih presisi saja. Teknologi genomik juga bisa digunakan pada hewan untuk peternakan dan tanaman untuk ketahanan pangan.
Teknologi genomik pada hewan diantaranya bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas hasilnya. Begitupun dengan tanaman, bisa meningkatkan hasil panen dan mewujudkan ketahanan pangan.
Dia berharap masyarakat ke depan bisa semakin memahami soal teknologi genomik.
’’Tugas kami melakukan edukasi,’’ katanya.
Baik untuk kalangan akademisi, pengusaha, ilmuwan, tenaga kesehatan, dan masyarakat pada umumnya. Dia menjelaskan banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dengan teknologi genomik. Di bidang kesehatan misalnya, bisa mewujudkan layanan kesehatan yang presisi atau sesuai dengan kebutuhan pasien. Sehingga pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih efektif serta efisien.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman