JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Mayapada Hospital Tangerang dr Agung Fabian, SpJP(K)Aritmia, menjelaskan ada tindakan yang bisa dilakukan guna mencegah pasien Aritmia atau gangguan irama jantung, yakni Left atrial Appendage (LAA) Closure.
Dia menyebut, dengan tindakan ini, Tim Cardiovascular Center Mayapada Hospital Tangerang berhasil menurunkan risiko stroke pada pasien hingga 90 persen.
“Kami (berhasil) melakukan LAA Closure kepada pasien laki-laki berusia 52 tahun dengan kondisi atrial fibrilasi dan telah mengalami stroke berulang. Selain mengalami gangguan irama jantung, risiko stroke pada pasien juga disebabkan karena ia mengidap obesitas dan hipertensi,” kata dr Agung Fabian, SpJP(K)Aritmia, dalam keterangan tertulis yang diterima JawaPos.com, ditulis Ahad (30/4/2023).
Ia menjelaskan, pihaknya telah melakukan tindakan LAA Closure kepada pasien dengan gangguan irama jantung (aritmia) berupa atrial fibrilasi. Sebagai informasi, pasien dengan gangguan irama jantung memiliki risiko mengalami stroke empat hingga lima kali lebih besar dibandingkan orang normal, oleh sebab itu tindakan dibutuhkan agar risiko tersebut dapat diminimalisasi.
Untuk diketahui, LAA merupakan bagian dari serambi kiri jantung berupa ruangan kecil seperti corong yang tidak memiliki fungsi signifikan. Pada pasien aritmia, atrial fibrilasi dapat menyebabkan kegagalan proses memompa darah.
Akibatnya, darah berpotensi terkumpul di area LAA dan membentuk gumpalan darah atau trombus. Gumpalan ini bisa terlepas saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, serta memunculkan risiko stroke sumbatan atau stroke iskemik.
“Hal inilah yang mengharuskan pasien dengan atrial fibrilasi meminum obat pengencer darah secara rutin untuk mencegah risiko stroke,” ujar dr Agung.
Lantas, Apa Itu LAA Closure?
LAA (Left Atrial Appendage) adalah bagian dari serambi kiri jantung berupa ruangan kecil seperti corong yang tidak memiliki fungsi signifikan. Dengan melakukan LAA Closure, bagian LAA jantung akan ditutup untuk mencegah masuknya trombus ke area itu sehingga risiko stroke dapat ditekan.
Sebelum dilakukan LAA Closure, pasien harus melakukan pemeriksaan dengan alat transesophageal echocardiography (TEE). Tujuan pemeriksaan TEE ini adalah mengevaluasi apakah ada gumpalan darah, mengevaluasi ukuran, kedalaman, dan bentuk LAA untuk memastikan ukuran device yang akan di pasang.
Selain itu TEE juga digunakan untuk mengantisipasi struktur di sekitarnya seperti katup mitral dan pembuluh darah sekitar agar saat tindakan jangan sampai tertutup atau terjepit.
Dokter Herenda Medishita, SpJP(K) menambahkan, TEE tidak hanya digunakan untuk pasien sebelum LAA Closure dilakukan. Alat ini juga dipakai saat operasi berlangsung untuk memudahkan dokter operator memasang device pada LAA.
“TEE membantu dokter untuk memasang device pada posisi yang tepat, menutup LAA dengan sempurna, dan (memastikan agar) tidak ada kebocoran,” jelas dr. Herenda.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa evaluasi dilakukan sehari setelah tindakan dengan menggunakan alat Transthoracic Echocardiography. Kemudian dilakukan lagi 3 bulan dan 6 bulan pasca tindakan dengan alat TEE untuk memastikan device dan kondisi jantung pasien dalam kondisi baik.
"Setelah itu evaluasi dapat dilakukan setiap 6 bulan," tandasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman