Api Menyala, Kampanye Anti Karhutla Tetap Membara
MERANTI(RIAUPOS.CO)-Walau terdapat titik api yang masih menyala di perbatasan Desa Telesung dan Tanjung Kedabu, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kepulauan Meranti, semangat untuk mengampanyekan anti Karhutla tetap membara.
Ketua LSM Payung Serantau, Ajir Dahlan, mengungkapkan tujuannya kegiatan ini dalam rangka memberikan pemahaman kepada seluruh lapisan masyarakat akan bahaya Karhutla dan pencegahannya.
Kepala Desa Gayung Kiri, Ace M Saleh, salah satu peserta menceritakan. Berkaca pada 2019 mereka sempat disibukkan oleh bencana yang sama.
"Sejak Februari hingga April 2019 warga dibantu SRL, TNI, Polri dan BPBD sudah berjibaku memadamkan api. Alhamdulillah, tahun ini belum ada kasus kebakaran di desa kami," ungkapnya.
Kondisi itu tidak terlepas oleh motivasi dari PT SRL yang memberikan reward Rp100 juta sebagai desa bebas api. Dengan demikian, warga dan perangkat desa harus menjadi garda terdepan dalam menjaga areal dari ancaman Karhutla.
Untuk itu ia menghimbau kepada seluruh masyarakat desa agar bisa saling menjaga dan mengingatkan agar tidak terjadi lagi kebakaran hutan dan lahan.
Cerita yang sam juga datang dari Kepala Desa Tanjung Medang Suripno. Mengingat ancaman Karhutla yang tiap tahun melanda, semula telah ia menggagas program 1001 embung dan 101 baliho himbauan. Namun tetap saja Karhutla terjadi.
Menanggapi kondisi itu, Kasi Kesiapsiagaan BPBD, Mukhtarom menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti berada pada kategori rawan kebakaran. Apalagi wilayah Meranti termasuk wilayah gambut, sehingga jika terjadi kebakaran akan sangat sulit dipadamkan.
Untuk itu, Ia mengajak agar potensi kebakaran dapat diminimalisir sedini mungkin salah satunya dengan cara sosialisasi seperti yang dilakukan saat ini.
Kepala Seksi Pencemaran DLH Meranti, Cameron Bernart, menambahkan betapa bahayanya jika terjadi kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, ekosistem, mengganggu kesehatan dan bahkan kerugian ekonomi. Jika sudah terbakar hutan dan lahan juga membutuhkan waktu yang lama untuk dipulihkan.
Ditambahkan juga oleh Kabid Perkebunan Dinas Perkebunan Kabupaten Meranti, Armizar, bahwa tidak saatnya lagi bagi warga untuk membuka lahan dengan cara membakar.
Dari segi waktu dan ekonomi mungkin dinilai paling murah dan cepat. Cukup menyediakan bensin secukupnya satu orang saja bisa mebersihkan areal 1 hektare. Namun membuka lahan dengan membakar malah akan merusak mikro organisme yang berfungsi untuk menyuburkan tanah, memadatkan tanah dan yang pasti akan menyebabkan asap yang mengganggu kesehatan.
Ia menawarkan solusi kepada petani untuk membuat cuka kayu. "Dari pada semak atau belukar yang ada di kebun dibakar, lebih baik dimanfaatkan menjadi pupuk yang disebut dengan cuka kayu," jelas Amizar.
Menurutnya, selain bisa bermanfaat untuk menjadi pupuk, cuka katu juga dapat dimanfaatkan untuk fungisida, bahkan yang grade A bisa dimanfaatkan menjadi obat kulit. Pastinya nilai ekonomisnya semakin tinggi.
"Untuk bimbingan atau teknis lebih lengkap, kami siap menerima bapak-bapak dan adik-adik pelajar yang datang ke kantor untuk belajar membuatnya," tambah Amzar.
Sementara itu diakhir sosialisasi Ajir Dahlan mengapresiasi PT SRL yang telah membuat program Free Fire Village di Sei Gayung Kiri dan Tanjung Medang. Ia menilai bahwa rangkaian program SRL yang melibatkan warga dan LSM sebagai mitra efektif dalam menekan jumlah kebakaran di dua desa tersebut.